Rabu, 25 April 2012

Resensi Buku damar


Nama               : Damar Andy Wicaksono
NIM                : 09410280
Prodi               : VI PAI – F
Presensi           : 45


Judul Buku      : Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia
Penulis             : Prof. Dr. H.A.R. Tilaar, M.Sc. Ed.
Penerbit           : PT Remaja Rosdakarya
Tahun terbit     : Cetakan pertama, Agustus 1999
                          Cetakan Kedua, mei 2000
                          Cetakan Ketiga Oktober 2002
Tebal               : 245 halaman


Buku yang terdiri dari 9 bab ini, merupakan salah satu buku yang ditulis oleh Prof Dr HAR. Tilaar. Buku ini mengulas tentang proses pendidikan sebagai proses pemanusiaan manusia yang berbudaya Indonesia yang interaktif dan berkesinambungan dan konsentris artinya bahwa proses pendidikan itu berakar pada budaya bangsa dalam membawa manusia dan masyarakat Indonesia menuju ke dalam masyarakat madani Indonesia sehingga mampu memasuki pergaulan bangsa-bangsa di dunia yang terbuka  tanpa kehilangan jati diri. Kemudian dibahas pula mengenai hakekat pendidikan, hakekeat kebudayaan, berbagai kaitan antara pendidikan dan kebudayaan, beberapa teori dan persepsi mengenai hubungan antara proses pendidikan dan kebudayaan, dipaparkan pula tentang masyarakat madani Indonesia serta Proses Pendidikan untuk  masyarakat madani Indonesia.
            Seperti yang disebutkan dalam buku ini, proses pendidikan sebagai proses pemanusiaan berimplikasi di dalam interaksi antar manusia yang ada dalam masyarakat Indonesia yang majemuk. Interaksi tersebut terjadi di dalam lingkungan alam (ekologi) yang perlu dilestarikan serta lingkungan social (social, ekonomi, politk) yang menghargai nilai-nilai kemanusiaan yang beradab. Proses pembudayaan atau proses pemanusiaan tersebut juga harus memperhatikan factor pelestarian lingkungan alam, budaya dan kependudukan.
            Pada bab 1 buku ini berbicara tentang hakekat penidikan. Untuk lebih lanjut berikut sedikit penjelasan tentang hakekeat pendidikan pada bab I. Ketika berbicara hakekat pendidikan pasti tidak akan terlepas dari berbicara mengenai pengertian pendidikan itu sendiri. Banyak teori yang muncul mengani arti atau definisi tetntang pendidikan. Dan berbagai definisi tersesbut muncul dengan berbagai macam pendekatan yang digunakan. Pendekatan tersebut dapat dikategorisasikan ke dalam 2 pendekatan besar yaitu pendekatan reduksionisme dan pendekatan holistic-integratif.  Banyak teori pendekatan yang muncul dari pendekatan reduksionisme seperti pendekatan pedagogis, pendekatan psikologis, pendekatan negativis, pendekatan sosiologis. Selain itu, juga dijelaskan makna pendidikan menurut pandangan pendekatan holistic-integratif. Pendekatan ini melihat bahwa pendidikan sebagai suatu pengembangan manusia secara utuh. Dengan demikkian pendidikan harus melihat bahwa peserta didik memilikki potensi yang harus dikembangkan. Pengambangan potensi tersebut seharusnya diarahkan kepada perwujudan nilai-nilai kemanusiaan. Dengan demikian pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan, sehingga dapat diartikan bahwa pendidikan adalah proses pembudayaan dan proses pembudayaan adalah proses pendidikan.
            Kemudian pada bab 2 berbiacara mengenai hakekat kebudayaan. Setelah pada bab sebelumnya berbicara tentang hakekat pendidikan yang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan, selanjutnya bab ini menjelaskan tentang hakekat kebudyaan. Sperti definisi pendidikan yang begitu banyak, kebudayaan juga memiliki berbagai macam definisi yang dihasilkan dari beberapa pakar antropologi, sosiologi maupun ahli yang lain. Nah, pada bab ini HAR Tilaar mengambil salah satu rumusan definisi kebudayaan dari seorang tokoh yaitu Edward B. Taylor. Pemilihan definisi dari Edwar B. taylor dikarenakan rumusan ini dapat dijadikan sebagai titik-tolak analisis mengenai hakekat kebudayaan yang dapat digunakan sebagai titik-tolak untuk mengerti hakekat pendidikan. Definisi Taylor mengenai budaya adalah “suatu keseluruhan yang kompleks dari pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, serta kemampuan-kemamapuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.”  Dari jalan pemikiran Edward B. Taylor tersebut HAR Tilaar menyimpulkan bahwa kebudyaan merupakan pengarah atau petunjuk dari proses humanisasi. Kebudayaan merupakan suatu keseluruhan yang kompleks yang terdiri dari beberapa nilai-nilai yang diakui bersama dalam masyarakat dan kebudayaan adalah normative. Dan proses pendidikan sendiri adalah proses yang normative. Selain pandangan Edwar B. Taylor mengenai kebudayaan dipaparkan pula pada bab ini mengenai pandangan Bapak Pembangunan Pendikan Nasional Indonesia yaitu Ki Hajar Dewantara. Dan sebagai penutup dalam bab ini HAR Tilaar menuliskan rumusan dari Koentjaraningrat untuk menunjukkan keterkaitan antara hakeket kebudayaan dan hakekat pendidikan. Rumusan Koentjaraningrat adalah bahwa “kebudayaan merupakan keseluruhan gagasan” dan karya manusia, yang harus dibiasakan dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu.”
            Selanjutnya pada Bab 3 berbicara tentang Pendidikan dalam Kebudayaan sedangkan pada Bab 4 berbicara tentang Kebudayaan dalam Pendidikan. Sesungguhnya telah disebutkan di atas bahwa pendidikan dan kebudayaan memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya. Proses pendidikan adalah Proses pembudayaan begitu juga sebaliknya. Masuk pada Bab 3 dijelaskan bahwa Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam kebudayaan atau dengan kata lain bahwa Pendidikan tidak akan bisa dilepas dari kebudyaan, maka dalam dunia ilmu pengetahuan muncul apa yang dikenal dengan Antropologi Pendidikan. Peranan yang sangat nyata dari pendidikan dapat kita lihat dalam perkembangan kepribadian manusia. Dan perkembangan kepribadian tidak terlepas dari peranan kebudayaan itu sendiri. Dalam pengembangan kepribadian diperlukan kebudayaan dan kebudayaan akan dapat berkembang melalui perkembangan kepribadian manusia tersebut. Dalam suatu proses kebudayaan ada yang dinamakan dengan transmisi kebudayaan. Transmisi kebudayaan ini menjadi sesuatu yang tidak dapat dihindari. Proses ini yang kemudian menjadikan suatu budaya yang ada dalam masyarakat dapat dilestarikan oleh generasi sebelumnya atau juga bahkan dikembangkan oleh generasi berikutnya. Kemudian apa yang ditransimisi? Yaitu nilai-nilai yang ada di masyarakat, adat-istiada masarakat, kebiasaan masyarakat, dan pandangan-pandangan masyarakat  mengenai hidup dan konsep hidup lainnya. Antara pribadi dengan kebudyaan pasti terjadi interaksi. Dan hal ini menuntut seorang individu untuk menjadi manusia yang aktif dan kreatif bukannya pasif terhadap kebudayaan yang dimilikinya. Dan dalam proses pembudayaan tersebut akan muncul berbagai pengertian inovasi dan penemuan, difusi kebudayaan, asimilasi, akulturasi, focus, prediksi masa depan, serta banyak istilah lainnya. Melihat berbagai istilah tersebut yang ada dalam proses pembudayaan sudah seharusnya pendidikan nasional  menggeser paradigma, khususnya yang berkaitan dengan kebudyaan nasional. Paradigma tersebut harusnya lebih berorientasi kepada pengembangan potensi akal dan budi manusia. Dengan begitu akan terjadi interaksi antara individu dengan kebudayaan yang dimilikinya. Sehingga akan dapat mengembangkan nilai-nilai yang hidup dalam kebudayaan masyarakat Indonesia.
            Masuk ke bab 4 dipaparkan mengenai Kebudayaan dalam Pendidikan. Seperti yang sudah dijelaskan pada bab terdahulu bahwa kebudayaan tidak dapat dilepaskan dari proses pendidikan. Begitu pun sebaliknya pendidikan tidak bisa lepas dari proses pembudayaan. Kalau berbicara mengenai Kebudayaan dalam Pendidikan sudah sepatutnya melihat ke konsep Taman Siswa yang dicetuskan oleh ki hajar dewantara. Karena beliau meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional yang berorientasi budaya.  Hal ini bisa dilihat dari pengertian pendidikan yang diungkapkan oleh beliau yaitu bahwa “Pendidikan beralaskan garis hidup dari bangsanya yang ditujukan untuk keperluan perikehidupan yang dapat menangkat derajat rakyat dan negaranya, agar dapat bersama-sama dengan lain bangsa untuk kemuliaan segenap manusia di seluruh dunia.”  Kebudayaan merupakan dasar praksis pendidikan, oleh karenanya selain pendidikan harus berjiwakan kebudayaan nasional, pendidikan juga harus berasaskan semluruh unsure kebudayaan yang juga harus diperkenalkan dalam proses pendidikan. Dijelaskan pula pada bab ini, selain pandangan klasik taman Siswa tentang kebudayaan dalam praktek pendidikan, di sini juga dijelaskan pandangan kontemporer seperti pandangan Theodore Brameld yang menjelaskan kaitan antara proses pendidikan dan proses membudaya. Lembaga pendidikan dikatakan sebagai pusat kebudayaan. Dengan demikian, lembaga pendidikan, dalam hal ini sekolah, selain merupakan tempat mendapatkan ilmu juga merupakan tempat pengembangan nilai-nilai budaya secara intensif, inovatif, dan ekstensif. Selain pandangan klasik dan pandangan kontemporer, HAR Tilaar juga sedikit menjelaskan mengenai Pendidikan Budi Pekerti yang memiliki peran penting dalam pengembangan nilai-nilai dari kebudayaan. karena inti dari kebudayaan adalah nilai-nilai maka pendidikan budi pekerti disini, yang meliputi moral, akhlak, dan sebagainya, dinilai sangat penting karena akan sangat berkaitan dengan pengembangan budaya dalam masyarakat.  Sebagai penutup pada bab 4, bahwa paradigma yang sekarang ada menganai pendidikan sebaiknya kembali ke paradigma semula yaitu pendidikan yang mendasarkan kepada kebudayaan nasional.
            Pada bab 5 dan bab 6 selanjutnya HAR Tilaar memberikan pemaparan mengenai Pendidikan Kebudayaan dan Kebudayaan Pendidikan. Pada bab 5 mengenai Pendidikan Kebudayaan dijelaskan mengenai bagaiamana pendidikan Indonesia seharusnya dilaksanakan sehingga mampu menjadi sarana untuk mengmbangkan berbagai budauya nasional sehingga tidak akan punah. Tidak dapat dipungkiri bahwa suatu bangsa akan selalu memerlukan budaya nasional yang menjadi jati dirinya ketika bergaul dengan Negara lain. Begitu juga bagnsa Indonesia yang begitu banyak memiliki budaya yang harus dikembangkan dan dilestarikan khusunya melalui proses pendidikan nasional. Bukankah di dalam Undang-undang telah dijelaskan bahwa pendidikan nasional harus berakar  dari kebudayaan nasional? Oleh karenanya kebudyaan nasional harus terus dibina dan ditransimisikan sehingga bangsa Indonesia tidak akan pernah kehilangan jati dirinya. Selain itu dijelaskan pula, wujud  dan tujuan kebudayaan nasional harus dituangkan dalam kurikulum pendidikan itu sendiri. Dan juga perlunya pengembangan kebudayaan nasional melalui pendidikan nasional. Hal-hal tersebut dijelaskan dalam bab 5 buku ini. Sedangkan pada bab 6 pengeertia Kebudayaan Pendidikan merupakan suatu gagasan, konsep, yang mendasari praksis pendidikan. Di Indonesia sendiri, masih belum bisa lepas dari budaya pendidikan colonial yang masih bersifat intelektualisme dan verbalisme sehingga sampai dengan saat ini  berimplikasi kepada kebudayaan pendidikan yang mendewakan ijazah formal. Kebudayaan pendidikan seperti yang nanti bisa mematikan pendidikan nasional Indonesia. Selain berbicara menganai Budaya praksis Pendidikan di Indonesia dijelaskan pula tentang seperti apa pengelolaan atau budaya manajemen dan administrasi tehadap pendidikan nasional di Indonesia. dan dijelaskan pula seperti apa manajemen dan administrasi yang baik yang harus dilakukan oleh lembaga sekolah sehingga nantinya akan tercipta suatu budaya pendidikan yang tidak hanya berorientasi pada intelektualisme dan verbalisme tetapi juga pada kebudayaan nasional sehingga peserta didik nantinya mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya dan dapat mengembangkan budaya yang ada di Indonesia.
            Bab 7 berisi mengenai Manusia Pendidikan dan Manusia Berbudaya. Sebenarnya banyak pakar yang mengartikan sama antara kedua istilah tersebut, begitu juga sebaliknya tidak sedikit pakar yang member pengertian yang berbeda antara kedua istilah tersebut. Dan Prof. HAR Tilaar termasuk salah satu tokoh yang memberikan pengertian berbeda terhadap kedua istilah tersebut. Manusia berpendidikan banyak diartikan sebagai manusia yang telah berkembang kemampuan intelektualnya karena pendidikan (sekolah). Sedangkan seseorang yang berbudaya adalah sesorang yang menguasai dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai budaya, khususnya nilai etis dan nilai moral yang hidup dalam kebudyaan tersebut. Bisa saja ada orang yang berpendidikan tetapi tidak berbudaya. Pada bab ini selanjutnya HAR Tilaar berbicara mengenai seperti apa konsep manusia Indonesia. Mencari konsep manusia Indonesia tidak bisa dilihat hanya satu dimensi saja tetapi harus dari berbagai dimensi karena manusia merupakan makhluk yang bersifat multidimensional. meneliti manusia yang multidimensional tidak telepas dari melihat mengenai tujuan pendidikan yang dapat membentuk manusia tersebut. Prof HAR Tilaar mulai dengan menelusuri beberapa pendapat mengenai tujuan pendidikan dari beberpa ahli dari luar negeri maupun dari dalam negeri. Mulaidari John Dewey, Whitehead, Ki hajar Dewantara, hingga rumusan tujuan pendidikan yang termaktub dalam Undang-undang RI tentang Sistem Pendidikan Nasional. Setelah menelusuri beberapa pakar maupun undang-undang RI untuk menemukan konsep manusia Indonesia yang berpendidikan sekaligus berbudaya, kemudian beliau merumuskan criteria seperti apa praksis pendidikan nasional sehingga dapat membentuk manusia yang berpendidikan sekaligus berbudaya. Criteria tersebut seperti berikut bahwa Praksis Pendidikan nasional haruslah dan perlu mengembangkan potensi intelektual manusia Indonesia secara umum, Pendidikan nasional berperan dalam mengembangkan potensi yang spesifi dari individu sesuai dngan potensi kepribadiannya, Pendidikan nasional harus dan erlu mengembangkan sikap sopan santun dalam pergaulan masyarakat, Praksis Pendidikan di semua lembaga adalah mengembangkan manusia Indonesia yang  bermoral dalam bertingkah laku yang bersumber dari kebudaayaan nasional, Praksis Pendidikan di semua jenis dan jenjang pendidikan harus perlu mengembangkan rasa kebangsaan Indonesia, rasa bangga menajdi orang Indoensia yang berbudaya kebangsaan Indonesia tanpa terperangkap dalam chauvinism yang sempit.
            Selanjutnya pada bab 8 adalah pembahasan Mengenai Masyarakat Madani Indonesia sedangkan pada bab terakhir yaitu pada Bab 9 adalah tentang Pendidikan untuk Masyarakat Madani Indonesia. Setelah pada bab-bab sebelumnya banyak membahas arti pentingnya pengembangan manusia yang berpendidikan sekaligus berbudaya, pad bab selanjutnya akan dibahas mengenai pentingnya manusia yang berkarakter seperti itu sehingga akan membentuk masyarakat Indonesia yang mampu bersaing, manusia yang modern, manusia yang berpikiran maju, dan menjadi manusia baru yang tidak meninggalkan kebudayaannya. Terlebih lagi ketika memasuki zaman globalisasi seperti sekarang ini yang tidak mengenal batas ruang dan waktu. Termasuk masyarakat Indonesia yang akan terpengaruh oleh arus globalisasi. Jika tidak, masyarakat Indonesia yang tidak berbudaya dan berpendidikan dipastikan akan hilang terseret oleh arus globalisasi tersebut. Tidak dapat dipungkiri juga bahwa masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, beragam, dan berbhineka. Dengan derasnya arus globalisasi dan tuntutan perkembangan zaman, maka pembentukan masyarakat madani dengan system nilai yang ingin diwujudkan tidak terlepas dari konfigurasi nilai-nilai yang terdapat dalam kebudyaan manusia. Masyarakat madani global yang ingin diwujudkan merupakan perwujudan dari masyarakat-masyarakat madani local yang berdasarkan kebudayaannya masing-masing. Selanjutnya dijelaskan tentang apa masyarakat madani itu? Untuk menjawab pertanyaan tersebut HAR Tilaar banyak melihat definisi dari pandangan beberapa tokoh dunia maupun dari berbagai macam pendekatan, hingga konsepe para ilmuan muslim seperti al farabi, al ghazali, ibn taimiyah, ibnu khaldun dan sebagainya. Masayarakat madani disepadankan denan istilah “civil society” yaitu mengacu pada masyarakat yang demokratis. Setelah menelusuri berbagai pandangan para tokoh terkemuka, kemudian HAR Tilaar menulsikan beberapa prinsip yang khas yang harus diperhatikan dalam membangun masyarakat madani Indonesia, cirri khas tersebut antara lain : kenyataan akan adanyan keragaman budaya Indonesia,  pentingnya adanya saling pengertia di antara sesame anggota masyarakat, toleransi yang tinggi antar sesame masyarakat, dan yang terakhir perlunya wadah kehidupan bersama yang diwarnai dengan adanya kepastian hukum.
Setelah mengetahui arti pentingnya masyarakat madani Indonesia dan karakteristik untuk membangun masyarakat madani, pada bab terkhir yaitu bab 9 dipaparkan lebih jauh mengenai Pendidikan untuk Masyarakat Madani Indonesia. seperti yang dijelaskan pada pendahuluan bab 9 bahwa sebenarnya secara definisi tidak ada pendidikan untuk masyarakat madani Indonesia. Pendidikan dalam masyarakt madani Indonesia tidak lain ialah proses pendidikan yang mengakui akan hak-hak serta kewajiban perorangan di dalam masyarakat. Selanjutnya oleh HAT Tilaar dijelaskan tentang beberapa strategi pembangunan pendidikan nasional Indonesia dalam rangka membangun masyarakat madani Indonesia, seperti : Pendidikan dari, oleh, dan bersama-sama masyarakat, Pendidikan didasarkan pada kebudyaan nasional yang bertumpu pada kebudayaan local, Proses pendidikan yang mencakup proses hominisasi dan proses humanisasi, Pendidikan Demokrasi yang menjadi tuntutan masyarakat madani Indonesia, kelembagaan Pendidikan, Desentralisasi manajemen Pendidikan nasional. Setelah pemaparan mengenai strategi Pembangunan Pendidikan Nasional, kemudian di jelaskan tentang Strategi Reformasi Pendidikan Nasional sebagai salah satu hal yang harus dilakukan karena reformasi penidikan merupakan seuatu hal yang harus dilakukan dalam pembentukan masyrakat madani Indonesia. setelah berbagai strategi tersebut diterapkan dan dapat menciptakan masyarakat madani Indonesia, maka hasil yang diharapkan dari terbentuknya masyarakat madani adalah tercermin dalam sikapnya seperti Sikap demokratis, Sikap toleran, Sikap pengertian, berakhlak tinggi, beriman, dan bertaqwa, serta menjadi manusia dan masyarakat yang berwawasan global.
Seperti itulah kurang lebih isi dari buku yang berjudul “Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia” yang ditulis oleh Prof. HAR Tilaar. Buku ini layak dan cocok untuk menjadi pegangan para pendidik maupun para calon pendidik maupun praktisi pendidikan yang sangat sering bersentuhan dengan dunia pendidikan. Buku ini akan membuka pandangan kita bahwa dalam pendidikan tidak akan pernah terlepas dari proses pembudayaan. Dengan begitu maka karakteristik masyarakat Indonesia, yang memang memiliki keragaman budaya, tidak akan pernah hilang atau musnah seandainya kita menyadari betapa pentingnya kebudayaan dalam proses pendidikan. Pun sebaliknya. Seorang pendidik hendaknya tidak hanya berorientasi pada intelektualitas atau verbalitas semata, tetapi juga harus berorientasi pada pengembangan kebudayaan masyarkat yang semakin lama semakin hilang bahkan banyak yang diklaim oleh Negara lain. Sudah saatnya paradigma pendidikan Indonesia yang hanya berorietasi pada peningkatan intelektual, bergeser ke pengembangan potensi-potensi manusia yang di dalamnya sarat dengan nilai-nilai budaya dalam masyarakat. Buku ini memberi banyak pandangan dan paradigma seperti apa seharusnya pendidikan dielola maupun di lestarikan. Selain itu sebagai calon pendidik, buku ini akan memberi gambaran mengenai seperti apa seharusnya membangun masyarakat yang demokratis, masyarakat yang berwawasan global tetapi tetap memiliki kearifan local, serta berakhlak mulia tanpa kehilangan jati dirinya sebagai bangsa Indonesia yang berbudaya. Sebagai penutup, semoga sedikit tulisan ini memberikan pencerahan dan inspirasi serta manfaat bagi siapapun yang berkenan membacanya. Terima kasih.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Bluehost Coupons