Rabu, 22 Februari 2012

7 Unsur Budaya dan Seni Ciamis Dalam Definisi Ulama


Horizontal Scroll: KELOMPOK 4


1.      Almas Juniar Akbar    09410190
2.      Aulia Fajri P               09410193
3.      Fajron Mujtahid         09410197
4.      Mustika Listivani        09410199
5.      Shanti Sundari            09410208
6.      Sulaekah                    09410216
7.      Hartanti Sulihandari    09410222
8.      Iman Alimansyah        09410224



A.    Uraian 7 unsur budaya (bahasa, kesenian, system religi, mata pencaharian, peralatan hidup, organisasi sosial, dan pengetahuan) dalam masyarakat Ciamis, Jawa Barat.
1.      Bahasa :
Sebagian orang Ciamis menggunakan bahasa sunda yang halus atau sama halnya dengan orang jawa yang menggunakan bahasa krama ketika berbicara. Dibandingkan ketika orang Bogor atau Banten yang menggunakan bahasa sunda kasar ketika berbicara orang-orang Ciamis menggunakan bahasa sunda halus. Contoh: bahasa sunda halus dari makan adalah tuang, bahasa sunda kasar dari makan dahar.
2.      Kesenian :
Kesenian di daerah Ciamis yang masih bertahan sampai sekarang salah satunya adalah Karawitan (namanya sama dengan yang di daerah Jawa). Bahkan kesenian Karawitan ini masuk sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah. Sekolah menyediakan guru yang berkompeten dalam bidang karawitan ini, dan pembelajarannya lebih menekankan pada praktek. Siswa diajarkan bagaimana cara memainkan salah satu alat musik secara langsung.
3.      System Religi:
Mayoritas penduduk daerah ini beragama Islam, namun dapat dikatakan sebagai “Islam KTP” karena mereka melakukan kegiatan religi hanya saat-saat tertentu. Contoh: peduduknya memakai busana muslim ketika hanya ada pengajian, sedangkan jika pengajiannya telah selesai mereka hanya memakai pakaian “kurang bahan”. Bahkan suatu ketika ada seorang ustad yang berdakwak di daerah ini mengenai menutup aurat, pada akhirnya ustad ini yang diusir karena memang susah untuk mengubah kebiasaan itu.
4.      Mata Pencaharian :
Sebagian besar orang Ciamis mata pencahariannya menjadi seorang petani. Mereka memiliki sawah ataupun lading untuk bercocok tanam karena mereka bertempat tinggal didekat lereng gunung. Perairannya pun langsung memakai mata air, mereka memakai paralon untuk mengambil air. Hasil dari sawah maupun lading berupa padi, coklat dan lain-lain.
Biasanya mereka hanya menempuh pendidikan sampai jenjang SMP dan banyak dari mereka melanjutkan merantau ke daerah luar untuk berwirausaha, contohnya saja seperti di jogja banyak ditemui penjual warung burjo yang bisa berbahasa sunda alias berasal dari Jawa Barat.
5.      Peralatan Hidup :
Di bidang pertanian orang-orang Ciamis menggunakan alat seperti cangkul dan garpu besar untuk berladang. Ketika di sawah pun alat yang mereka gunakan hampir sama dengan daerah lainnya seperti menggunakan traktor dan penyemprot hama. Uniknya pupuk yang digunakan bukan pupuk kimia tetapi mereka menggunakan pupuk kandang dengan cara memanfaatkan kotoran ayam.
6.      Organisasi Sosial :
Ketika ada salah satu keluarga yang mengadakan hajatan pasti kiri-kanan rumahnya dibagi makanan hajatannay, sama halnya orang jawa ada besekan disana dinamakan pepeti. Disana pun masi ada karang taruna, RT, RW dan lain-lain.
7.      Pengetahuan :
Pengetahuan yang mereka dapatkan secara alami bukan dari jenjang pendidikan formal adalah bercocok tanam dan mengurus kolam ikan. Mereka mengetahui berbagai hal yang berkaitan dengan pertanian. Bahkan hampir setiap rumah memiliki kolam ikan, dan itu dibuat oleh mereka sendiri secara tradisional.

B.     Perbedaan dua definisi seni budaya Islam antara Quraish Shihab dan Seyyed Hussein Nasr dilihat dari kekurangan dan kelebihannya.
Definisi menurut Quraish Shihab :
Seni budaya Islam adalah ekspresi tentang keindahan wujud dari sisi pandangan Islam tentang alam,hidup, manusa yang mengantar menuju pertemuan sempurna antara kebenaran dan keindahan (sesuai cetusan fitrah).
Definisi menurut Seyyed Hussein Nasr :
Seni budaya Islam adalah keahlian mengekspresikan ide dan pemikiran estetika dalam penciptaan benda, suasana/ karya yang mampu menimbulkan rasa indah dengan berdasar dan merujuk paa Al-Qur’an dan Hadits.
Dari dua definisi diatas erdapat perbedaan, yaitu:
1.      Seyyed Hussein Nasr lebih jelas rujukannya yang berupa Al-Qur’an dan Hadits, sedangkan Quraish Shihab tidak tetapi hanya dari sisi pandangan Islam tanpa dijelasakan pandangan Islam seperti apa.
2.      Quraish Shihab mengatakan bahwa seni budaya Islam itu lebih luas menyangkut ekspresi keindahan tentang alam, hidup dan manusia. Sedangkan Seyyed Hussein Nasr ekspresi keindahan itu hannya tentang penciptaan benda, suasana/ karya dan hal tersebut lebih merujuk kepada hal yang behubungan dengan manusia saja.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Bluehost Coupons