Selasa, 28 Februari 2012

BUDAYA MASYARAKAT MELAYU DI PULAU NGENANG

BUDAYA MASYARAKAT MELAYU DI PULAU NGENANG
Telah kita ketahui bersama bahwa Negara Indonesia adalah Negara kepulauan, hal itu dikarenakan banyaknya pulau – pulau yang berdomisili diIndonesia, bahkan sampai puluhan ribu. Dan pulau – pulau tersebut tergabung didalam lima kepulauan utama/besar diindonesia, yakni pulau Sumatra, pulau Kalimantan, pulau jawa, pulau sulawesi, dan pulau irian/papua. Dalam pernyataan tersebut bagaimana kita bisa percaya kalau hal itu benar adanya, tanpa didukung oleh data – data empiris. Maka berikut ini data terakhir yang saya peroleh menurut departemen dalam negeri berdasarkan laporan dari para gubernur dan bupati/walikota, pada tahun 2004 indonesia memiliki 7.870 pulau yang bernama, sedangkan 9.634 pulau tak bernama, dan yang berpenghuni / mempunyai peradaban serta budaya hanya 6000 pulau. Jadi secara keseluruhan hampir dua puluh lima ribu pulau yang dimiliki oleh Indonesia, dan hal ini seharusnya patut kita banggakan, tetapi kita patut prihatin juga bahwa Negara kita / Negara Indonesia disebut – sebut oleh Negara tetangga kita sebagai Negara yang hanya bisa mengklaim bahwa itu adalah milikku dan tidak memperdulikan nasib pulau – pulau tak bertuan tersebut.
Pada diskusi kelompok kali ini kami mengambil tema tentang budaya dan peradaban masyarakat dipulau ngenang. Pulau Ngenang adalah salah satu pulau terpencil diindonesia yang sudah mempunyai peradaban dan budaya yang boleh dibilang lebih maju daripada pulau – pulau disekitarnya. Pulau ngenang terletak di kawasan pulau Sumatra lebih tepatnya dipulau batam. Meskipun pulau batam terkenal dengan pintu gerbang perdagangan dunia atau go expo international, tidak menutup kemungkinan juga terdapat kawasan – kawasan hampa transportasi atau tidak terjangkaunya faham modernism. Maka ada peribahasa yang kami rasa cocok untuk mewakili hal ini yaitu ” tiada gading yang tak retak” sekaliber / sekampiunnya makhluk ciptaan tuhan pasti ada kekurangannya.
Masyarakat Pulau ngenang pada umumnya memakai bahasa melayu, yakni cenderung memakai vocal “e” dalam melafalkan kata dalam bahasa Indonesia yang akhirannya “a”. huruf “r” kalau berada diakhir kata jadi luluh ( hampir hilang ). kemudian dalam etika berbicara sopan terhadap orang yang lebih tua tidak menggunakan kata saya, dia, dan kamu, tetapi menyebutkan nama orang yang bersangkutan. Pulau Ngenang mempunyai tradisi 3 S, yaitu sebar sapa, senyum, dan salam. Sehingga jarang orang baru ( bukan penduduk sana ) yang berkunjung keNgenang merasa terdhlolimi atas sikap dan respon dari masyarakatnya.
Kesenian kompang adalah salah satu kesenian warisan budaya pulau Ngenang. Kompang adalah sejenis alat musik yang ditabuh, yang dimainkan oleh beberapa penabuh, dan satu vocal. Dan Digunakan sebagai pengiring pengantin dan penyambutan tamu kehormatan dari luar daerah. Kemudian baju keseniannya adalah baju melayu, balas pantun dalam acara – acara resmi misalnya dalam acara pernikahan atau lebih tepatnya pada waktu menjelang ijab qobul, dan sebelumnya ada pertunjukan pencak silat baik dari calon mempelai pria dan calon mempelai wanita. Dan mungkin masih banyak lagi kesenian yang tidak dapat kemukakan.
Tradisi masyarakat dipulau Ngenang bersifat semi pleksibel, yakni meskipun ikut perkembangan zaman tetapi nilai tradisionalnya tetap tidak luntur. Diantarannya seperti yang telah dijelaskan diatas. Adapun system religi / keagamaan pulau Ngenang sama seperti daerah – daerah yang sudah terjamah oleh peradaban kota pada umumnya. Seperti adanya organisasi pemuda masjid yaitu organisasi pemuda pulau tersebut yang menggunakan masjid sebagai tempat syiar agama islam, organisasi penyuluh yaitu organisasi para tokoh agama yang bergerak dibidang syiar keislaman, dan mungkin masih banyak lagi yang belum saya muat disini.
Mata pencaharian masyarakat di pulau Ngenang pada umumnya adalah nelayan, sehingga ada komunitas para nelayan. Alat – alat yang juga tak kalah penting dalam pencarian nafkah mereka adalah sampan, yaitu perahu kecil yang menggunakan dayung untuk penggerak jalan dan digunakan untuk mencari ikan. Pompong, yaitu perahu yang menggunakan diesel untuk penggerak jalan, dan biasanya alat ini disamping sebagai alat pencari ikan, juga sebagai alat transportasi. Kelong, yaitu jebakan ikan yang terbuat dari bambu. Adapun organisasi sosial pada masyarakat dipulau ngenang diantaranya adalah koperasi, organisasi RT/RW, dan organisasi perangkat Desa. Untuk system pengetahuan sama dengan masyarakat – masyarakat yang sudah terjamah oleh peradaban kota, namun hanya ada sedikit perbedaan bahkan bisa dikatakan sebagai kendala adalah sarana pendidikan yang kurang memadai, seperti alat fotocopi, listrik, dsb. Namun ada juga yang menarik dari system pengetahuan pada lembaga pendidikan pulau tersebut, yakni pendidikan hard skill, seperti bagaimana cara mengelola kelas, cara berwira usaha, dll.
Demikianlah yang dapat kami uraikan tentang unsur – unsur budaya pada masyarakat dipulau ngenang. Semoga memberikan manfaat bagi kita bersama. Amin ya robbal Alamiin.


By : Kelompok V ( lima )
Anggota :
Zumrotun Nikmah
Moh. Taufiqurrahman
Moh. Shofa 
Siti nur khomsah 
Irma yanti Zulaikah
Islamiyah Nur jannah
Yulia kurniawati
Riska fatmawati


1 komentar:

Unknown mengatakan...

ada suatu kata bijak yang saya rasa cocok untuk mewakili pendapatq dalam diskusi kita kali ini "ikhtilafu rohmah" yaitu perbedaan / keaneka ragaman budaya adalah suatu kenaifan kita hidup didunia dan itu merupakan rahmat bagi kita semua...

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Bluehost Coupons