Rabu, 28 Maret 2012

RESENSI BUKU YUYUS JULIANA (09410075) PAI F


Nama                         : Yuyus Juliana
NIM                           : 09410075
No Absen                  : 14
Kelas                          : PAI F
Identitas Buku
Judul Buku                : Panadangan Islam Tentang Kesenian
Pengarang                  : Drs. Sidi Gazalba
Penerbit                      : Bulan Bintang , Jakarta, 1977.

BAB I
KEBUDAYAAN

Kesenian ialah suatu segi kebudayaan. Asosiasi kata kebudayaan dikalangan masyarakat umumnya adalah kesenian. Sutu kebudayaan ialah cara berfikir dan cara merasa, yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan sekelompok manusia yang membentuk masyarakat, dalam suatu ruang dan suatu waktu. Pengertian tersebut dapat dipersingkat dengan “cara berfikir dan cara merasa dalam kehidupan, dan masih mungkin dipendekan lagi dengan “cara hidup”. Hingga sampailah kita kepada inti pengertian kebudayaan adalah “cara hidup”.
Kehidupan ialah segala sesuatu yang berhubungan dengan hidup. Tiap peristiwa yang berhubungan dengan masyarakat, dialami oleh tiap individu, semenjak ia lahir sampai mati, masuk kedalam kehidupan dan diliputi oleh kebudayaan. Dengan demikian alangkah luasnya ruang lingkup kebudayaan itu.
Menurut para ahli, bahwa kebudayaan dapat dibagi dalam beberapa kategori:
1.      Social
2.      Ekonomi
3.      Politik
4.      Pengetahuan dan tehnik
5.      Seni
6.      Filsafat
7.      Agama
Social adalah pergaulan hidup, pergaulan hidup membentuk masyarakat. Masyarakat ialah kelompok manusia dalam mana hidup terjalin kebudayaan yang diamalkan oleh kelompok itu sebagai kebudayaannya.dengan demikian jelaslah adanya hubungan antara masyarat dan kebudayaan, dimana masyarakat membentuk kebudayaan dan kebudayaan mengatur masyarakat. Tanpa kebudayaan masyarakat itu menjadi kelompok manusia yang bercerai beraitidak ada kerjasama dan tidak mengatur dirinya sebagai kesatuan social, masyarakat merupakan wadah bagi kebudayaan.
Tujuan ekonomi ialah kemakmuran, sedangkan tujuan social adalah kesejahteraan. Untuk membawa masyarakat kepada kesejahteraan dan kemakmuran, masyarakat itu perlu diatur. Maka terjadilah pembentukan kekuasaan dan mempergunakan kekuasaan itu untuk mengatur social dan ekonomi menurut konsep orang-orang yang memegang kuasa, itulah hakikat politik.
Untuk aktivitas social, ekonomi, dan politik diperlukan pengetahuan. Untuk aktivitas ekonomi tidak saja pengetahuan yang diperlukan, tetapi juga teknik. Makin tinggi tuntutan social, ekonomi dan politik, makin tinggi pula tingkat pengetahuan yang diperlukan.
Kesenian merupakan penciptaan bentuk-bentuk yang menyenangkan, yang dimaksud kesenangan disini ialah kesenangan estetika, karena itulah seni itu adalah penjelmaan rasa estetika.
Dengan metode berfikir sistematik, radikal, dan universal, filsafat menggali kebenaran dari kebenaran, yakni kebenaran yang hakiki, sepanjang yang dapat diusahakan oleh akal manusia. Bukan kebenaran saja yang dipikirkan oleh filsafat, tetapi juga nilai-nilai (etika dan moral, estetika, nilai-nilai social, ekonomi, politik, ilmu, teknik, dan lain-lain). Menurut pandangan kebudayaan nilai ini dibentuk oleh akal.
Karena kebudayaan kehidupan manusia bersifat dinamik, berubah terus menerus. Maka dari itu diperlukan ilmu sejarah untuk memberitahulkan perkembnagn kebudayaan.
Dengan uraian pengertian dan teori asas kebudayaan, maka bagaimana dan betapa kedududkan seni dalam kebudayaan, selanjutnya kedudukannya diperbandingkan dengan bidang-bidang kebudayaan lain. Social, ekonomi, politik, pengetahuan, dan teknik berfungsi untuk membina keselamatan manusia pada segi material. Agama membina keselamatan manusia pada segi rohani. Falsafah mencari kebenaran hakiki, berkaitan dengan kebenaran itu ia menentukan nilai-nilai. Ada dua tata nilai yang berpengaruh dalam kebudayaan, yakni etika dan estetika. Etika dikuasai oleh agama, estetika yang menyusun nilai keindahan dan keharusan untuk mewujudkan kesenangan (pleasure) pada diri manusia dilaksanakan oleh kesenian.


BAB II
KESENIAN

Menurut Herbert Read, Seni adalah usaha bentuk-bentuk yang menyenangkan, dalam ucapan sehari-hari senang atau memiliki pengertian mudah atau tidak ada kesulitan. Namun kesenangan disini memiliki arti lain yaitu suka, mesra, nikmat, merasa puas (enak, gembira). Pengertian inilah yang dipakai dalam istilah menyenangkan menurut Herbert Read. Seni merupakan nilai yang besar peranannya dalam kebudayaan.
Dalam kehidupan sehari-hari kita lebih banyak menumpukan perhatian kepada keindahan bentuk atau rupa daripada segi moral atau perbuatan.  Sebagai contoh bahwa laki-laki umumnya lebih tertarik pada kecantikan rupa wanita daripada memperhatikan tingkah lakunya. Kadang-kadang untuk mencapai segi keindahan banyak orang yang mengorbankan moral. Mereka yang menikmati karya-karya seni mengalami penghayatan estetika. Pengalaman itu ialah perasaan yang timbul pada kita ketika memandang sesuatu yang indah pada alam atau karya seni.
Suatu karya atau barang yang dikatakan indah, adalah keindahannya tidak terletak pada karya atau barang itu sendiri tetapi ia adalah suatu perasaan yang dihayati oleh manusia, ketika melihat karya atau barang itu. Indah adalah sebutan yang kita berikan kepada sifat-sifat tertentu terhadap objek yang menimbulkan kesenangan dalam diri kita, sehingga keindahan itu sifatnya relative.
Kesenagan itu sendiri akan muncul ketika kita sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai suatu tujuan, dan tujuan itu telah tercapai atau berhasil dan hasil itu disertai oleh perasaan gembira atau puas.
Kesenian bukanlah perkara muwazir atau kemewahan, atau perkara yang dibuat manusia dalam kehidupan, seperti berjudi, minum arak, kecanduan narkotika, menghisap rokok. Menciptakan karya seni dan menikmati seni adalah fitrah manusia, seperti juga halnya makan dan minum, bergaul, mencari pengetahuan, mengarah pada .kebenaran, dan mengabdi kepada tuhan. Kalaulah kesenian itu fitrah manusia tentu ia terlibat dalam kehidupan sehari-hari, seperti pula social-ekonomi dengan pergaulannya dan makan-minum.
Dalam pengertian umum setiap manusia adalah seniman. Dalam pengertian husus atau dalam pandangan masyarakat penamaan seniman memang tidak diuntukan kepada setiap orang, melainkan hanya kepada orang-orang tertentu. Karya yang diciptakan oleh orang-orang itu memberikan kesenangan estetika kepada masyarakat, atau sebagian masyarakat, jadi tidak terbatas pada kesenangan pribadi si pencipta itu sendiri.
Seniman dalam pengertian umum adalah orang yang amat peka rasa seninya, sehingga mudah tergetar, menggerakannya untuk menciptakan karya melalui keterampilan (skill)nya sehinga dapat dinikmati oleh orang lain atau masyarakat.
Seni bukanlah hanya ekspresi emosi yang dalam, melainkan didalamnya ada pula unsur social, yang memerankan peranan penting. Dasar kesenian itu social. Seniman tidak hanya menginginkan pernyataan tentang apa yang ada dalam hatinya dalam suatu bentuk, tetapi ia jjuga menghendaki pernyataan simpasi dan penghayatan simpasi dari orang lain.  
Pada asanya ajaran agama terdiri suruhan dan larangan. Yang disuruh itu yang baik, dan yang dilarang adalah yang buruk. Perbincangan tentang nilai-nilai baik dan buruk itu memasuki lapangan etika, yang baik adalah nilai positif, seperti juga yang indah merupakan nilai positif.
Dengan analisis tersebut ditemukan hubungan antara agama, etika, dan estetika. Seni dilahirkan oleh agama, dan etika tidak lain merumuskan ajaran agama tentang yang baik dan yang buruk. Bukan saja terjalin hubungan antara agama dan seni dan agama dengan etika, tetapi dengan penyamaan nilai antara yang bagus dengan yang baik, terjalin pula hubungan antara seni dan etika.
Dalam kebudayaan barat seni telah putus hubungannya dengan agama. Bahkan agama itu sendiri putus pula hubungannya dengan kebudayaan. Hubungan-hubunga itu telah diputuskan oleh sekularisma. Sekularisma menggariskan batas antara agama dan kebudayaan dengan tajam. Bahwa wewenang agama ialah dalam gereja, diluar itu adalah wewenang kebudayaan. Karena itu agama tidak boleh masuk kedalam pemikiran, ajaran atau pengamalan social, politik, ilmu, filsafat, dan kesenian. Yang akhir ini adalah wilayah akal. Kebudayaan tidak ada hubungannya dengan agama, demikian pula kesenian sebagai bidang kebudayaan.
Sekalipun dibarat kini seni dan agama sudah putus hubungannya, namun pandangan tentang seni yang bermutu tinggi masih tetap berkaitan dengan moral, memang seni bukanlah untuk mengajarkan moral, karna yang bertugas mengajarkan moral adalah etika, namun demikian seni sejatinya ia mengandung moral.
Cabang-cabang kesenian diantaranya adalah sebagai berikut:
1.      Nyayian, bahan yang digunakan adalah suara, yang membentuk seni suara. Yang disuarakan itu biasanya disusun dengan kata-kata yang indah. Dengan demikian sastera menjadi bahan nyanyian.
2.      Deklamasi, bahan yang digunakan ialah pengucapan dan yang diucapkan itu biasanya karya sastera.
3.      Musik, bahan yang dipergumakan ialah nada, irama dan gaya.
4.      Tari, bahan yang dipergunakan ialah mimic, pantomimic, dan gaya.
5.      Lukisan, bahan-bahannya aialah garis, ruang, warna, baying.
6.      Arca, bahannya ialah kayu, batu, dan logam.
7.      Bina, bahannya ialah bangunan dan bentuk.
8.      Hias, bahannya ialah perhiasan, dandanan.
9.      Pakaian, bahannya ialah kain dan lain-lain.
10.  Drama, bahannya paling kaya, dimana didalamnya terdapat cabang-cabang kesenian yang tersebut diatas.
11.  Masak, bahannya ialah bahan-bahan makanan.
12.  Kecantikan, bahannya ialah kosmetik, bahan-bahan make up, operasi plastic, dan lain-lain.
Macam-macam kesenian itu dapat dibagi menurut salurannya:
1.      Audio (untuk didengar), misalnya: sastera, seni suara, deklamasi, dan music.
2.      Visual (untuk dipandang), misalnya: seni tari, seni lukis, seni hias, seni bina, seni pakaian, dan seni topeng.
3.      Audio-Visual(ntuk didengar dan dipandang), misalnya: drama dan film.
4.      Verbal (untuk dibaca), misalnya: prosa dan puisi.
Apabila seni hanya dipandang sebagai bidang kebudayaan, maka ciptaan tuhan bukanlah kesenian. Kebudayaan adalah ciptaan manusia, maka seni pula adalah karya manusia. Tetapi apabila seni diartikan sebagai penciptaan bentuk-bentuk yang menyenangkan, maka keindahan dan kesempurnaan alam merupakan karya agung dari tuhan sang maha seniman. Seniman manusia berusaha menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan, dan belum tentu usaha itu berhasil, atau hasilnya hanya diakui oleh sebagian orang. Tetapi tuhan sang mmmaha seniman dengan kebesaran dan keagungannya mampu menciptakan bentuk-bentuk ang menyenangkan, dan tidak ada manusia yang mengingkari keindahan dan kesempurnaan karya agung itu.

BAB III
ISLAM

Islam sebagai diin bukan saja mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT (hablu mina’llah), tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan manusia (hablu minan-nas). Tata hubungan yang petama membentuk religi atau agama atau ibadat, yang kedua melahirkan social atau mu’amalat, yang membentuk masyarakat. Masyarakat ialah penjelmaan kebudayaan. Dengan demikian islam meliputi seluruh segi kehidupan manusia, yang tersimpul dalam istilah agama dan kebudayaan.
Hubungan agama dan kebudayaan berbeda pada pandangan islam daripada pandangan antropologi. Antropologi memandang agama sebagai bidang kebudayaan, sedangkan islam memandangnya sebagai pangkal dari tiap gerak fikir dan tindakan manusia, jadi pangkal kehidupan. Kehidupan itu di urus oleh kebudayaan. Dengan demikian agama mendahului kebudayaan dalam cara hidup manusia, bahkan agama mampu mengendalikan atau mengawal kebudayaan.
Agama bukan bidang kebudayaan, melainkan keduanya ada integrasi yang disebut diin islam. Islam diturunkan Allah SWT untuk memberikan keselamatan bagi manusia, bukan saja dalam kehidupan dunianya tetapi juga dalam kehidupan akhirat. Dalam kebudayaan yang berfungsi membina keselamatan ialah social, ekonomi, pengetahuan dan teknik, yangberfungsi membina kesenangan ialah kesenian.
Agama islam ialah tata ajaran dan amal yang diberikan Alla SWT kepada hamba-hambanya demi keselamatan dan kesenangan hamba-hambanya sendiri. Untuk mendapatkan keselamatan tuhan menggariskan suruhan-suruhannya dan anjuran-anjurannya, dan  untuk mencegah kerusakan tuhan memberikan larangan-larangan.
Risalah islam islah untuk mewujudkan keselamatan bagi manusi, eksistensi manusia berlangsung di dua tempat yakni dunia dan akhirat. Dunia dan akhirat bukan merupakan dua kesatuan, tetapi keduanya membentuk kesatuan.
Ajaran islam itu terbagi menjadi tiga kategori:
1.      Quran, berasal dari Allah sendiri, yang harus di imani atau diyakini dan diamalkan dalam kehidupan kalau manusia menghendaki keselamatan dan kesenangan di dunia dan akhirat.
2.      Hadist, berasal dari Rasulullah, menerangkan, mengulas, menafsrkan, memperinci, dan memberikan tauladan realisasi al quran dalam kehidupan sehari-hari, serta menterjemahkan suruhan dan larangan Allah yang menjadi pokok kandungan wahyu itu dalam bentuk akhlak.
3.      Ijtihad, berasal dari muslim yang ilmunya mendalam, kuat daya fikirnya dan terpuji akhlaknya, menentukan peraturan pelaksanaan quran dan hadist dalam ruang dan waktu yang berbeda dan menilai tiap perkara yang baru yang dihadapi umat islam.
Kehidupan sehari-hari itu adalah kebudayaan, kebudayaan wajib diamalkan dengan akhlak islam, yang menjadikannya kebudayaan islam, dan salah satu bidang kebudayaan itu adalah kesenian.


BAB IV
ISLAM DAN SENI


Bagi pandangan islam seni tidak masuk dalam wilayah agama, namun masuk dalam wilayah kebudayaan. Tetapi pengaruh agama kepada kebudayaan mungkin saja melahirkan seni sebagai bidang kebudayaan, yang kedududkannya setingkat dengan social atau ekonomi, politik, pengetahuan dan teknik atau filsafat. Apabila social, ekonomi, pengetahuan, dan teknik pada asasnya halal, selain daripada perkara-perkara yang diharamkan Allah, demikian pulalah kedududkan kesenian.
Menurut pandangan islam kesenian itu adalah halal, bahkan dalam hal-hal tertentu digalakan oleh al quran dan hadis.
Memandang seni itu halal, namun tidak berarti bahwa setiap unsur atu karya seni itu halal.  Setiap unsur atau karya seni dianggap harap apabila mengandung nilai yang dilarang oleh akhlak islam.
Jadi setiap karya atau aktifitas seni yang akan mendatangklan mudarat itu dilarang oleh islam dan hendaklah untuk ditinggalkan.
Salah satu yang asasi dalam seni islam ialah yang mengandung moral, walaupun tidak megajarkan moral. Karena yang mengajarkan moral adalah akhlak, sedangkan seni sekedar mengandung moral, bahkan seni haruslah mengikuti nilai-nilai akhlak islam. Nilai suatu karya atau aktivitas seni bergantung pada nilai akhlak yang dikandunganya.
Menurut pandangan islam indah dan baik itu memiliki keterkaitan, keduanya merupakan dwitunggal, dua yang satu. Pandangan demikian tergambar dalam hadis berikut:
“sesungguhnya Allah maha Indah, dia suka kepada keindahan. Sesungguhnya Allah maha baik, dia suka kepada kebaikan” (Hadis Muslim, dalam Kitabul-Iman).

  

Selasa, 27 Maret 2012

RESENSI BUKU Sejarah Kesenian Islam (Yu’timaalahuyatazakka)


Nama   : Yu’timaalahuyatazakka
No       : 09410007


RINGKASAN BUKU

Nama buku      : Sejarah Kesenian Islam
Pengarang       : C. Israr
Penerbit           : Bulan Bintang
Tahun terbit     : 1978

A.    Ringkasan
1.      Tulisan Arab, Ilmu dan Seni
Pada pembahasan pertama buku ini dibahas mengenai “Tulisan Arab, Ilmu dan Seni” yang memaparkan tentang sejarah tulisan arab. Untuk pertama kalinya tulisan Arab dikenal dengan nama Tulisan Himyar pada masa pemerintahan at-Thobabi’ah. Pada waktu itu tulisan himyar telah sampai kepada bentuknya yang indah dan untuk surat berharga atau masalah penting, digubahlah huruf-huruf itu dalam bentuknya yang artistik. Tulisan arab yang terkenal pada waktu itu dengan nama tulisan himyar itu, kemudian meluas dan dipakai orang di Hirah, yaitu ketika Hirah ada di bawah pemerintahan Raja Al-Mu’iz. Fungsi tulisan tersebut juga berdampak pada kemajuan peradaban Islam yang dimulai pada masa bani ‘Abbasiyah. Namun terlebih dahulu, fungsi tulisan tersebut juga berguna pada zaman Rasulullah hingga masa Khulafaur Rasyidin.
Pada masa pemerintahan Khalifah ‘Usman bin ‘Affan selesailah al-Qur’an disusun sebagai sebuah Mushaf Suci dengan tulisan Arab. Fungsi yang besar pula dari tulisan Arab, ialah ketika sudah dimulai pelaksanaan “Tadwinul Hadist” yaitu usaha untuk menuliskan dan membukukan Hadist Nabi. Buah pena dari hukama, filosof, sarjana, dan genius-genius besar Islam yang ditulisan dengan tulisan dan bahasa arab dan dalam segala lapangan ilmu pengetahuan, adalah sumbangan yang besar bukan saja bagi dunia Islam, akan tetapi juga bagi perkembangan kebudayaan dan peradaban dunia.

2.       Seni Lukis di Turki
Bab berikutnya membahas tentang sejarah “Seni Lukis di Turki”. Kesenian Islam pada zaman Saljuk yang dicerminkan oleh kota Konia yang indah dan menarik itu, memiliki sifat universal, karena ia tetap membuka pintu dan menjambakan kedua tangannya untuk menerima sari keindahan dari kesenian yang berasal dari timur dan barat. Banyak masjid dan gedung-gedung perguruan yang didirikan dalam masa satu setengah abad lebih itu. Akan tetapi walaupun bagaimana dalam ragam masjid-masjid yang baru didirikan itu, seniman-seniman Turki tidak dapat melepaskan diri dari pengaruh corak bangunan lama yang tradisionil di daerah itu, yaitu corak seni Byzantium yang sudah lama termahsyur sebelum masuknya agama Islam ke Negeri itu. Pengaruh ini semakin mendalam lagi karena sebagian arsitek yang turut menerencanakan dan melaksanakan pembangunan masjid-masjid itu adalah orang-orang Yunani, Romawi, dsb. Abad keemasan kedua ialah sebagai akibat direbutnya Mesir dan Iskandariah oleh orang Islam. Seniman-seniman dari Mesir dan Iskandariah itu melarikan diri ke Konstantinopel dan di daerah-daerah kekuasaan Romawi timur. Seniman-seniman itu telah turut menyumbangkan keahliannya dalam memperkaya kesenian Byzantium. Pengaruh dari corak Iskandariah dan ditambah lagi dengan corak Yunani yang lebih mengutamakan figure manusia di tengah alam semesta, dan mempunyai sifat monumental akhir menjadi suatu pensifatan dari kesenian Byzantium yang banyak terlihat dalam lukisan Mozaik yang amat menakjubkan pada zaman tersebut.
3.      Seni Bangun dan Seni Kerajinan di Persia
Pengaruh material jelas sekali kelihatan dalam seni bangun Persia. Daerah pegunungan Persia yang terdiri dari bukit-bukit batu yang gersang, menghasilkan marmer, basalt dan granite. Di sana juga dijumpai padang-padang luas yang mengandung tanah lempung, sebagai bahan untuk bahan batu-bata dan keramik. Orang Persia terkenal dengan keahliannya dalam menggunakan batu mentah dan batu bakar untuk bangunan-bangunan. Batu bata disusun dengan cara yang tertentu, sehingga menimbulkan kesan sebagai anyaman dan bentuk-bentuk geomtris lainnya.
Seni bangun Islam di Persia menghasilkan suatu style lengkung yang tersendiri, berbeda dari bentuk-bentuk yang sudah lazim dijumpai sebelumnya, yaitu lengkung yang merupakan bentuk lunas kapal yang terbalik. Bentuk yang seperti ini dalam istilah seni bangun biasa disebut lengkung lunas, atau dengan nama lain “Persian Arch” lengkung Persia.
Barang –barang antic di Persia dari zaman Islam seperti barang-barang porselen, keramik, logam, gading dan tenunan yang masih disimpan di berbagai museum baik di timur dan barat, seperti di museum Gulistan Teheran, museum Top Kaku Istanbul, British Museum dan Victoria dan Albert museum London dan museum-museum lainnya, cukup sebagai bahan untuk memberikan pengertian dan gambaran tentang keahlian orang-orang Persia dalam mengolah bahan-bahan porselen, logam, gading, tenunan dan sebagainya hasil kesenian.
Tidak kurang indahnya dari hasil seni kerajinan porselen Persia, ialah suatu teknik lain yang dinamai “minai” atau enamel. Sebuah jambangan enamel yang dihiasi tulisan Arab, parjurit berkuda dan griffin, dengan warna-warna yang cemerlang, yang berasal dari abad ketiga belas masehi, sekarang masih tersimpan di Metropolitan Museum of Art, New York. Keistimewaan dan keahlian dari pengukir-pengukir logam Persia dari zaman itu dapat dilihat dari koleksi-koleksi barang antic di berbagai museum, diantaranya ialah di Victoria dan Albert museum di London. Disana terdapat sebuah talam perunggu yang diukir dengan tulisan kufi dan tengahnya dihiasi dengan gambar griffin. Griffin adalah sejenis binatang fantasi yang sering dijumpai dalam kesenian Islam, adakalanya sebagai hiasan dalam tenunan atau relief dan arca. Ia merupakan binatang yang badannya seperti badan singa dan kepalanya seperti kepala burung.
4.      Kesenian Islam India
Seni bangun Islam India, menunjukkan beberapa tingkat proses perkembangan yang telah dilaluinya. Dalam abad pertama masuknya agama Islam di India, kelihatan usaha untuk menonjolkan corak ke-Araban dalam seni bangun dengan tidak mengambil perhatian terhadap kesenian Hindu. Dalam masa berikutnya, seni bangun Islam India, mulailah dialiri dengan pengaruh kesenian Persia dan Hindu. Gaya campuran Hindu dan Persia itu dapat tumbuh, ialah disebabkan raja-raja yang memerintah pada waktu itu, kebanyakan dari Persia atau Moghul. Sudah tentu sebagai yang dipertuan, raja-raja ingin mengembangkan kesenian negeri asalnya dengan melalui saluran pemerintahan dan agama di seluruh daerah yang telah dikuasainya. Amat banyak peninggalan penting dan bersejarah yang merupakan hasil seni bangun dari masa kebesaran Islam di India. Seperti; Kutub Minar, Bab Alaudin, Turbah Sultan Akbar, Taj-Mahal, Masjid Akbar Delhi, dan  Istana Syah Yehan.
Untuk mempelajari seni lukis di India dalam masa kebesaran Islam, terlebih dahulu harus diketahui bahwa penilaian hasil seni lukis dari zaman sebelum abad pertengahan, sudah tentu tidak dapat disamakan dengan hasil penilaian pada zaman modern. Dipandang dari segi teknik dan teori melukispun juga, artinya tidak dapat disamakan dengan zaman modern ini. Pada waktu itu orang belum lagi mengenal perspektif, proporsi, anatomi plastis dan teori-teori lainnya.
5.      Kesenian Islam di Tiongkok
Demikianlah dengan masuknya Islam ke Tiongkok, tidak melahirkan corak kesenian Islam yang khusus yang dapat dinamakan kesenian Islam Tiongkok. Hal ini dapat dilihat dari bentuk-bentuk masjid Islam di negeri Tiongkok. Ummat Islam Tiongkok yang berjumlah sekitar kira-kira sepuluh juta jiwa itu mempunyai kira-kira empat puluh ribu masjid. Sebagian dari masjid-masjid itu didirikan dalam bentuk yang hampir menyerupai klenteng Tionghoa.
6.      Kesenian Islam di Indonesia
Di Indonesia ada perbedaan pendapat dalam seni lukis dan seni pahat. Adapaun timbulnya perbedaan pendapat ialah dalam bentuk obyek dan motif yang dilukis yang dalam garis besarnya dapat dinyatakan sebagai berikut :
Pendapat pertama :
Ada hadist yang melarang seorang membuat gambar atau pahatan yang obyek dan motifnya ialah sesuatu makhluk yang bernyawa, seperti gambar manusia atau gambar binatang.
siapa yang membuat gambar makhluk bernyawa di dunia ini, maka di akhirat nanti ia harus memberinya nyawa, dan akhirnya dia akan menerima siksaan dari Tuhan, karena pemberian nyawa itu tidak bisa dilakukannya
Menurut faham ini sangsi yang disebutkan dalam hadist tersebut berarti larangan. Oleh sebab itu semua gambar-gambar dari makhluk bernyawa tidak dibolehkan, termasuk juga foto. Dalam kalangan ulama-ulama Islam Indonesia dahulu, memang ada yang menganut paham ini, sehingga mereka tidak mau diambil fotonya.
Pendapat kedua :
Boleh saja membuat gambar-gambar makhluk bernyawa seperti gambar manusia atau binatang, tetapi dengan syarat bentuknya tidak dapat diraba. Yang dilarang ialah kalau gambar itu merupakan wujud yang dapat diraba. Foto tidak dilarang, lukisan orang atau binatang tidak dilarang, yang dilarang ialah kalau sudah merupakan relief atau area.
Pendapat ketiga :
Boleh membuat gambar dari makhluk bernyawa dalam bentuknya yang plastis, asal saja dalam rupa yang tidak memungkinkan makhluk itu hidup, misalnya membuat arca orang hingga dada ke atas, membuat relief dan sebagainya. Pendapat ini menganggap juga bahwa bentuk plastis yang sempurna dari makhluk yang bernyawa tetap terlarang, akan tetapi dengan membuat bagian-bagiannya saja orang akan telepas dari tuntutan Tuhan di akhirat, karena bagian-bagian anggota itu memang tidak bisa hidup.
Pendapat keempat :
Melihat keadaan suasana tempat dan waktu, yakni dengan memperhatikan hikmah dan jiwa dari larangan itu. Larangan membuat lukisan atau pahatan yang mengambil bentuk makhluk bernyawa dan sebagainya, pada permulaan lahirnya agama Islam dipandang dari sudut tauhid memang amat penting dan sangat beralasan, karena pada waktu itu nabi masih hidup, di kota Mekah masih bertaburan puing-puing bekas runtuhan dari arca yang dahulunya disembah dan dipuja oleh nenek moyang bangsa Arab yang telah berabad-abad lamanya.
Masih juga terbayang dalam ruangan mata penduduk Mekkah bagaimana tokoh-tokoh dari Lata, Uzza, Manah dan arca-arca lainnya yang tidak kurang dari 360 buah banyaknya. Selain dari itu dalam tubuh munafiqin masih mengalir darah kepercayaan nenek moyang mereka yang turun menurun. Apabila kepercayaan politheisme itu tidak dibongkar sampai ke akar-akarnya; apabila semua berhala tidak dihancurkan, apabila pada waktu itu seni patung diberi kesempatan berkembang, maka akan tumbuhlah tunas baru dari kepercayaan lama yang telah tumbang dan akan menggoyangkan sendi-sendi ketauhidan mereka yang masih baru memeluk agama Islam.
Tetapi manakala hakikat tauhid telah mendarah daging dalam tubuh umat Islam dan mereka telah tahu bahwa patung-patung itu tidak sanggup berbuat apapun, maka tidaklah alas an bahwa kepercayaan yang telah berabad-abad dikubur itu, akan hidup kembali di tengah-tengah keyakinan umat Islam yang telah maju.

Resensi Buku (Samsul Arifin 09410010)


Nama              : Samsul Arifin
NIM                : 09410010

Identitas Buku
Judul Buku      : Islam dan Seni
Pengarang       : DR. Yusuf Qaradhawi
Tahun Terbit   : Cetakan pertama, Mei 2000
Penerbit           : Pustaka Hidayah
Kota terbit       : Bandung
Islam dan Seni
Ketika berbicara masalah yang menyangkut masyarakat muslim berkenaan dengan kesenian hal ini menjadi sebuah pembicaraan yang rumit untuk dibicarakan. Hal ini terjadi karena dalam masalah ini banyak orang terjebak diantara dua sisi yang berseberangan, sikap terlalu kuat terhadap agama dan sikap terlalu longgar. Kondisi seperti ini lebih memudahkan orang untuk bersikap ketat disatu sisi namun lebih bersikap longgar di sisi lain.
Dalam buku ini dijelaskan berbagai wacana akan pergulatan Islam dan seni diantaranya:
1.      Islam dan interaksi dengan manusia seutuhnya
Islam adalah agama yang benar-benar ada dan nyata. Ia berinteraksi dengan manusia seutuhnya: tubuh dan jiwanya, akal dan hatinya. Islam menuntut agar manusia member “makanan kepada semua itu dengan sesuatu yang dapat  memuaskan kebutuhannya dalam batas-batas yang seimbang.
2.      Perhatian al-qur’an atas keindahan alam raya
Apabila jiwa kesenian adalah bagaimana merasakan dan mengecap keindahan, maka inilah yang hendak di ingatkan dan ditegaskan oleh al-qur’an mengenai keindahan. Penegasan ini terdapat lebih dari satu tempat didalam al-qur’an
3.      Apresiasi Kaum mukmin terhadap keindahan
Orang yang membaca dan merenungkan ayat-ayat suci al-qur’an melihat dengan jelas bahwa al-qur’an ingin menanamkan ke dalam fikiran dan qalbu setiap mukmin rasa keindahan yang bertebaran diseluruh penjuru jagat raya. Tentang keindahan Allah SWT  berfirman dalam Q.S An-Nahl ayat 6 : “kalian memperoleh pemandangan yang indah padanya, ketika kalian membawanya kembali ke kandang dan ketika kalian melepaskannya ke tempat penggembalaan”
4.      Alqur’an mukjizat Keindahan
Al-qur’an dipandang sebagai mu’jizat keindahan selain mu’jizat intelektual, karena Al-qur’an dapat melumpuhkan keahlian  bangsa Arab dengan keindahan pengungkapannya.
Dari keempat hal tersebut menjadi bukti bahwa Islam pada dasarnya sangat mengapresiasi sebuah kesenian, walaupun Islam mempunyai batas-batasan yang tidak boleh dilalui atau diatasnamakan sebagai sebuah kesenian. Maksudnya sepanjang kesenian tersebut tidak melampaui/melanggar nilai-nilai dalam Islam maka Islam akan tetap mengapresiasinya
Kelebihan Buku
11. Susunan kalimat yang dituangkan oleh penulis dalam bukunya ini mudah dipahami oleh pembaca sehingga maksud yang ada dari buku kecil ini mudah untuk ditangkap
22. Penulis dalam melakukan penulisannya tidak berbelit-belit, maksdunya alur tulisan, gaya bahasa serta isi dari buku ini diungkapkan secara detai lsehingga membuat paembaca kaya akan tambahan wawasan, informasi baru
Kekurangan Buku
Pada dasarnya apa yang telah disajikan dalam buku ini sudah cukup bagus, akan tetapi padangan penulis masih ada beberapa catatan yang perlu untuk diperbaiki yaitu penyajian contoh-contohnya kurang maksimal serta dalam penyajiannya lebih bagus lagi disertai dengan contoh gambar sehingga memudah kan pembaca untuk menangkap maksud dari penulis.

Resensi buku (Solihati)


Nama                           : SOLIHATI
Kelas                           : VI-PAI  F
NIM/No. Absen          : 09410279/44
Identitas buku:
Judul buku                  : Paradigma Kebudayaan Islam (studi kritis dan Refleksi  Historis)
 Pengarang                  : Dr. Faisal Ismail, MA
Penerbit                       : Titian Ilahi Press
Kota                            : Yogyakarta
Tahun                          : 1996
Tebal buku                  : 202 halaman
Buku yang berjudul Paradigma Kebudayaan Islam: Studi Kritis dan Refleksi Historis ini terbagi menjadi empat Bab. Bab I memuat tentang Islam dan Kebudayaan di Indonesia, seorang seniman yang bernama W.S. Rendra berorasi tiga point penting dalam memandang Umat Islam di Indonesia. Pertama, Umat Islam tidak hadir secara fungsional dalam tata kehidupan masyarakat. Kedua, Umat Islam seakan-akan bukan sahabat kemanusiaan lagi., umat Islam telah mundur dalam bidang seni budaya dan science. Ketiga, Umat Islam menjadi masyarakat tertutup, sehingga apabila ada kritikan dan gagasan dari luar Islam, maka Umat Islam gampang tersinggung.
Untuk itu perlu adanya strategi dan pembaharuan dalam pendidikan Islam. Strategi kebudayaan dalam suatu segi harus bermakna dan berintikan pembaharuan pendidikan Islam, karena pendidikan merupakan sub-sistem dalam keseluruhan satuan budaya. Salah satu cara yang penting dilakukan adalah melakukan kajian ulang terhadap strategi kebudayaan, mengkaji ulang sistem pendidikan (tatanan dan proses belajar mengajar) secara menyeluruh dan komprehensif-sejak dari pendidikan dasar sampai tingkat perguruan tinggi.
Dalam pembahasan terakhir bab ini memuat tentang kritik atas pemikiran kebudayaan Gazalba.  Salah satu Ide yang dianut secara fanatik yaitu Islam adalah agama dan budaya. Salah satu kritik yang diberikan yakni mengenai nikah. Gazalba berpendapat bahwa nikah itu merupakan unsur kebudayaan Islam yang dirasakannya sebagai agama, maka pendapatnya bertentangan dengan hadits nabi “Sesungguhnya nikah merupakan sebagian dari sunnahku”.
Bab II, membahas tentang Keberimanan dan berkesenimanan. Subordinasi kesenian kepada agama menimbulkan dampak negatif terhadap kesenian, yakni pertama, terikatnya bentuk dan isi kesenian kepada agama yang berpretensi abadi. Kedua, timbul ketegangan antara nilai-nilai agama termasuk hukum-hukumnya yang keras dengan nilai-nilai kesenian yang longgar. Ketiga, Penggunaan kesenian untuk tujuan praktek agama akan membatasi ruang gerak kesenian. Adapun segi positifnya, adanya dasar yang kuat untuk memperkembangkan kesenian karena betapapun kesenian harus selalu mengandung nilai-nilai. Dan sebaliknya, dampak negatif terhadap agama, yakni Pertama, Pernyataan-pernyataan dalam kesenian sering mengacaukan ajaran-ajaran agama, misalnya kekacauan semantik, Kedua, Hasil kesenian kadang-kadang disucikan sebagai bentuk ibadah. Ketiga, Akidah-akidah agama sering ditaklukan oleh perkembangan kesenian. Segi positifnya, nampaknya sosok kebesaran agama yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia.
Bab III, membahas tentang Islam,Moralitas dan Modernitas. Pada bab ini Islam dihadapkan pada kehidupan modern berupa gemerlap dunia mode,the flower children dan permissive society. Keadaan seperti itu telah meninggalkan unsur moralitas bahkan menciptakan moralitas baru yang tidak didasarkan lagi pada kepercayaan terhadap Tuhan dan akhirat,berkembang dan timbul secara luas dalam masyarakat Barat (Amerika Serikat dan negara-negara Eropa Barat). Gaya hidup orang Indonesia selalu berkiblat pada orang Barat dari gaya berpakaian, adat istiadat dan gaya bicara, sehingga terkadang merendahkan budaya sendiri. Di negara Islam seperti Turki dan Iran mengadakan modernisasi menyesuaikan negaranya dengan perkembangan zaman.
Bab IV, membahas Islam dan kebudayaan Global. Pembukaan bab ini menjelaskan sejarah kebudayaan Islam di Andalusia, yang sangat maju pada masa itu. Kemajuan yang sangat pesat terjadi dalam ilmu pengetahuan (science). Khalifah-khalifah yang membawa kemajuan ialah Abdurrahman I (Abdurrahman Addakhil), Abdurrahman III dan Al hakam.
Islam memberikan sumbangan kepada kebangkitan kebudayaan barat. Pada masa dinasti Abbasiyah dan dinasti Ummayah inilah dunia barat mengambil ilmu-ilmu pengetahuan. Mereka dengan tekun belajar bahasa Arab untuk dapat menerjemahkan buku-buku pengetahuan. Situasi-situasi ini membawa kemajuan pada dunia Barat dan melemahkan dunia Islam.
Kemajuan dunia Barat mengakibatkan semakin jauhnya dengan Tuhan. Peradaban Barat pada hakikatnya merupakan peradaban serba-benda, suatu peradaban sekuler dan lebih menekankan kepada urusan dan kepentingan duniawi, meninggalkan nilai-nilai moral dan agama. Peradaban ini akan hancur dan muncullah peradaban baru yang murni dengan ajaran agama (Islam).
Penggambaran yang diberikan penulis menambah wawasan baru terhadap keadaan agama dan kesenian yang berkembang pada masa itu. Penyusunan bagian dan judul tidak didasarkan pada tahun kepenulisan (periodesasi) akan tetapi berdasar atas “benang merah apa” yang menghubungkan antar berbagai macam subjek/tema/topik/kandungan pokok tulisan.
Buku ini tidak tersusun secara sistematis, sehingga sulit untuk memahami. Gaya bahasa yang digunakan kurang imiah, terkesan menggunakan bahasa sastra. Selain itu, terbitan buku ini yang terlalu lama dengan masa sekarang, maka problem-problem yang di uraikan tidak relevan lagi dengan perkembangan sekarang ini.




Khanifudin (09410039)


Resensi Buku

Judul Buku : Seni Tauhid Esensi dan Ekspresi Estetika Islam
Pengarang : Ismail Raji al-Faruqi
Penerbit : Bentang Budaya Jogjakarta
Tebal Buku : 274 halaman
Tahun Terbit : 1999
Oleh : Khanifudin/09410039


A. Alquran sebagai seni tertinggi
Alquran diturunkan di arab tidak lepas dari kontekstual masyarakat arab terutama pada aspek bahasanya. Pada masa itu kesusastraan arab merupakan puncak tertinggi peradaban maka Alquran diturunkan dengan bahasa sastra yang tinggi melampaui sastra arab pada waktu itu sehingga banyak yang beriman karena mukjizat Alquran dari segi kesempurnaan bahasanya. Mukjizat sastrawi ini sebagai bukti bahwa Alquran merupakan wahyu dari langit karena nabi sendiri tidak bisa membaca dan menulis.
Banyak kaum muslimin yang mempelajari Alquran sebagai karya sastra dan berusaha mengungkap keindahan dan kemukjizatannya yang disebut awjuh yaitu aspek-aspek yang menyebabkan Alquran sangat menarik dan tidak bisa disamai. Mereka banyak menemukan keunggulan Alquran dari sudut pandang seni diantaranya:
  • Alquran bukan puisi atau sajak yang dikekang oleh aturan-aturan
  • Terdiri dari kata dan frase yang tepat sekali mengungkapkan maknanya
  • Kesesuaian ayat dan surat serta kontrasnya kata dan frase serta makna sangatlah indah
  • Kaya makna dan kuat tetapi dibuat sangat ringkas
  • Perumpamaan-perumpaman yang ada dan konjungsi serta disjungsi sangat indah
  • Komposisi sangat tepat terjalin dan tersaji dengan indah
  • Mempunyai gaya yang kuat empatik halus dan peka
  • Tidak memiliki struktur sebagaimana struktur kalimat biasa dan tidak tersusun secara sistematis maupun kronologis tapi ayat dan suratnya bersifat otonom

B. Prestasi Prosa
Prestasi prosa dimulai pada abad kedua hijriah dikarenakan pada masa nabi masih menggunakan hafalan, karena penyampaian dari lisan tidak selalu tepat. Pada masa ini raji menamai sebagai abad kesederhanaan atau shadr al Islam. Disebut sebagai abad kesederhanaan karena mempunyai sifat-sifat sebagai berikut yaitu:
  • Keringkasan penyampaian gagasan dan makna dengan sedikit mungkin kat-kata
  • Bebas dari tambahan-tambahan krena sudah indah tanpa itu semua
  • Menunjukkan maknanya tanpa menyatakan dengan terbuka
  • Jalinan yang kuat antara kata-kata dengan gagasan tidak menghilangkan pengucapan yang manis dan jelas serta menggairahkan.
Selanjutnya pada jaman dinasti umayyah disebut masa tawazun. Gaya ini merupakan imitasi dari gaya Alquran yang ungkapan dan jumlah suku kata, panjang dan bentuknya sama atau simetris. Sebuah suku kat dikatakan memiliki gaya tawazun jika suku kata dalam setiap ungkapan memenuhi aturan diatas.
Pada periode Abasiyah disebut klimaks yaitu jaman saj’ dan badi’. Saj’ merupakan prosa yang frase-frasenya bersajak dalam kelompok dua atau lebih. Aturannya adalah bahwa kata-kata harus manis dan nyaring. Sedangkan badi’ adalah gubahan berupa frse-frse yang identik dlam suku katanya bahkan dalam bentuk huruf tanpa tanda diakritis tapi berbeda makna.

C. Kaligrafi
Sejarah munculnya kaligrafi dipengaruhi dipengaruhi oleh Alquran yang menjadikannya bentuk seni dan kebudayaan Islam. Seni tulis sudah ada sejak sebelum masa nabi, kemudian pada saat nabi menerima wahyu banyak para sahabat yang menulisnya dibatu, kayu, pairus, tanah liat dan lain-lain. Pada masa abu bakar, atas desakan dari sahabat umar terciptalah mushaf untuk pertama kalinya. Pada masa khalifah usman Alquran dibuat sama isinya yang terkenal dengan nama mushaf usmani. Gaya yang terkenal pada masa itu adalah kufi dan naskhi gaya ini jelas, sederhana dan mudah dibaca, penciptanya adalah Ibnu Muqlah dari Bagdad. Untuk dekorasi arsitektur dan emblem digunakan tsulut, maghribi dan qurtubi dari kordoba.
Semakin meluasnya agama Islam diimbangi dengan kesadaraan pemeluknya yang semakin meningkat sehingga mempengaruhi seniman-seniman didunia Islam dan melahirkan kaligrafi kontemporer seperti kaligrafi tradisional, figural, ekspresionis, simbolik dan abstrak murni.

D. Ornamentasi
Ornament adalah motif dan tema yang dipakai pada benda seni, bangunan atau permukaan apa saja tetapi tidak memiliki manfaat structural dan guna pakai. Dalam Islam seni ornamentasi tidak hanya tambahan pada permukaan saja pada karya seni yang telah selesai atau hiasan tanpa nilai. Ornamentasi dalam seni Islam harus dapat menciptakan karya seni yang membawa penikmatnya mencapai kesadaran transendensi ilahi. Selanjutnya ada transfigurasi yaitu menyiratkan perubahan bukan hanya perubahan semata melainkan perubahan yang meninggikan, mengagungkan, dan meningkatkan spiritualitas. Disamping itu juga harus memenuhi fungsi transfigurasi struktur dan pengindahan. Pola-pola infinit yang mendasari susunan struktural atau biasa disebut sebagai arabesk mmpunyai beberapa struktur, diantaranya: struktur multiunit, struktur saling mengunci, struktur berkelok dan struktur berkembang.

E. Seni Ruang
Seni ruang dalam Islam terbagi menjadi beberapa bagian, pertama seni yang memerankan peran ekstraornamentasi seperti pelengkung gapura, jembatan, terowongan air dan sebagainya. Kedua arsitektural yaitu karya seni yang menambahkan ruang interior kepada dimensi-dimensi horizontal dan vertical yang memberi kesan kedalaman (dept), volume dan massa. Ketiga lanskaping yaitu suatu bentuk seni seperti hasil karya hortikultura (penanaman dan pemeliharaan) serta seni aquakultur ( artistic penataan kolam, air mancur dan air terjun serta kanal). Keempat urban dan rural design yaitu tata kota tentang hubungan antara satu bangunan dengan bangunan lain, ruang terbuka, kampong, kompleks, desa atau kota.
Ciri-ciri utama seni ruang yaitu adanya overlay atau penutup, yaitu pemakaian ornament pada seni bangunan. Transfigurasi bahan, yaitu pemilihan bahan yang berupa sifat alami, tekstur dan pola-pola infinit yang menutupi bahan tersebut.Ttransfigurasi struktur, yaitu memperbanyak hiasan dengan cara abstraksi dan naturalisasi. Transfigurasi ruang tertutup, yaitu dengan mengurangi kesan kemampatan pada ruang misalnya pembuatan kubah pada atap masjid. Ambiguitas fungsi, merupakan hasil dari prsepsi seniman Islam yang menyatakan bahwa ruang itu tidak hanya dibatasi untuk satu tujuan kegunaan saja, misalnya ceruk sebagai penunjuk arah kiblat pada masjid.

F. Seni Suara
Seni suara dalam bahasa arab dikenal dengan handasah al shawt hal ini menunjukkan bahwa istilah musik sangat sempit dibandingkan dengan istilah tadi yang berlaku untuk semua jenis aransemen dan ritme artistic vokal serta aransemen. Seni suara dalam Islam mempunyai beberapa faktor yaitu kategori jenis musik, kontks pertunjukan, para pemain, partisipasi hadirin, ekstensi historis dan relevansi interregional.
Model seni suara dalam lagu Alquran pada dasarnya homogen karena ada tradisi qiro’ah dengan begitu tetap ada kontinuitas dalam tradisi lagu Alquran. Untuk lagu panggilan sholat atau adzan biasanya akan beragam serta untuk puji-pujian kepada nabi Muhammad SAW atau yang biasa disebut dengan sholawatan. Contoh barzanji, rebanah, kompang, hadrah, naat, melvit dan miraciye demikian sebutan untuk lirik-lirik sholawatan dibrbagai negara.


Kelebihan
Buku ini membahas dengan detail mengenai seni sastra dalam Islam seperti kaligrafi, ornamentasi, seni ruang dan seni suara. Semuanya dibahas dengan memberi contoh-contoh yang jelas dan diambil dari berbagai negara-negara muslim diseluruh dunia. Hal ini menjadikan wawasan tentang seni Islam semakin luas dan menambah rasa ingin tahu tentang kesenian Islam diseluruh negara-negara Islam didunia.


Kekurangan
Menurut saya kekurangan buku ini dalam menyajikan contoh tidak disertai dengan gambar. Alangkah baiknya jika contoh disertai dengan gambar maka akan menambah kjelasan bagi pembacanya.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Bluehost Coupons