Minggu, 15 April 2012

RESESNSI BUKU (seni peradaban Islam)


Nama   : M Fathul Muslim (09410187)
Kelas   : PAI-VI-F
o   Tugas resensi buku, dengan identitas buku sebagai berikut:
Judul: Seni di Dalam Pradaban Islam
Pengarang: Muhammad Abdul Jabbar
penerbit: Pustaka, kota Bandung
tahun: 1981
Jumlah halaman: 153 hlm

Pendahuluan—buku karya Muhammad Abdul Jabbar tersebut sangat menarik untuk saya resensi, karna di dalamnya termuat banyak hal terkait dengan bagaimana eksistensi seni di dalam tubuh islam, sejak zaman kuno (pra islam) sampai waktu dimana islam menapakan kaki di medan kejayaan. Resensi ini saya buat sesuai bab yang tertera dalam buku, berikut resensinya....

1.      Kedudukan seni dalam kebudayaan islam
Sebagai agama monoteistis, islam mengisikan suatu sikap yang baru ke dalam jiwa pemeluknya. Ciri-ciri sikap rohaniyah kaum muslim nampak pada setiap kegiatan kebudayaan, termasuk kesenian dan kerajinan. Pusat daya normatif seni kaum muslim adalah islam itu sendiri. Para tukang dan seniman muslim berusaha menampilkan cita keesaan tuhan (tauhid) dalam karya seninya. Agama islam tidak menggariskan bentuk-bentuk seni  tertentu, tetapi sekedar memberi pagar lapangan ekspresi. Misalnya, islam tidak mengizinkan jenis puisi tertentu yang sifatnya tidak islamis. Akibatnya, banyak syair arab masa pra islam mendapat kritikan. Puisi sebagai bentuk kesenian tidaklah ditinggalkan oleh kaum muslimin, pada saat para penyair mengubah isi-isi puisinya sesuai citarasa islam dan mengungkapkan cita-cita islam lewat syair, para penyair itu kembali memperoleh tempatnya semula dalam masyarakat islam pada wktu itu.
Menurut Al-Ghozali, yang menarik dari objek seni adalah niali keindahan dalam-dalam. Ia juga mengkaitkan keindahan dengan Tuhan dan mendasarkan pendapatnya atas Hadits Nabi, “Tuhan itu indah, dan Ia menyukai keindahan”.
Kesenian dalam peradaban islam bukanlah hasil dari sebuah ras atau negeri saja, akan tetapi merupakan perkembangan dari berbagai ras manusia yang melakukan ajaran islam di banyak negara pada berbagai masa dalam sejarah.
2.      Keindahan menurut Al-Ghozali
Menurut Al-Ghozali segala sesuatu yang indah itu dicintai, karena keindahan itu memberi kesenangan, sebagaimana yang nampak kemudian bahwa keindahan itu seiring dengan kesempurnaan. Ketika Al-Ghozali menerangkan hal itu sebagai akibat dari cinta diri sendiri, maka manusia menginginkan bahwa apa yang ada di sekelilingnya hanyalah hal-hal yang sempurna, ia juga memberi petunjuk kepada kita mengenai dorongan manusia terhadap benda-benda indah di sekelilingnya.
Al-Ghozali memberikan inti pemikiranya ini dalam catatannya yang mengatakan “keindahan dari sesuatu hal terletak pada kenampakan kesempurnaan yang dapat dilihat, dan sesuatu dengan fitrahnya. Apabila seluruh kemungkinan sifat kesempurnaan terdapat dalam suatu objek, maka objek itu menjelmakan tingkat keindahan tertinggi apabila hanya terdapat sebagian saja, maka objek itu memiliki ukuran keindahan dalam tingkat kesempurnaan tertentu. Terlepas dari nilai-nilai keindahan yang dapat diterima dengan indra kelima kita, Al-Ghozali menyebut adanya indera ke-enam, yaitu “jiwa”, “roh”,”hati”, dan “akal”,”cahaya” yang menerima keindahan dunia dalam, yang bersifat rohani, moral, dan nilai keagamaan.
Bagi Al-Ghozali keindahan tidak dapat dipisahkan dari gagasanya tentang keindahan, dan khususnya, mengenai cinta kepada Tuhan.
3.      Musik relegius islam
Salah satu kecenderungan filologi bahasa arab yang menggugah keingintahuan kita ialah adanya hubungan yang erat antara musik dan sihir (magic). Ini disebabkan oleh kepercayaan magic musik yang dikomat kamitkan dengan suara berdengung oleh para ahli sihir kafir pada zaman arab kuno. Ketika islam miuncul di tengah dunia penyembahan berhala ini, Nabi Muhammad menyerukan kutuk atas praktek-praktek ini.
Musik relegius harus dibuat berbeda dengan kehidupan sekuler. Nyanyian dalam kehidupan sekuler disebut Ghina’, dan dalam kehidupan agama disebut sebagai ta’bir,  yaitu sebuah “penafsiran”, jadi musik yang yang diterima islam adalah musik religi yang diakui.


4.      Muslim dan tashwir
Kebanyakan para orientalis mengatakan bahwa, tashwir dilarang berdasarkan ayat:
“hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya(minuman) arak, berjudi, al anshub, dan mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan kotor, termasuk perbuatan setan, maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keneruntungan.” (Al-Qur’an, Al-Maidah,5:90). Para orientalis ini menafsirkan kata Al-Anshab sebagai patung dan pekerjaan membuatnya adalah perbuatan kotor. An-Nasafi berkata, “al-anshab adalah berhala (ashnam), dan berhala itu kotor karena didirikan dan disembah.” Dalam hal ini, kita dapat mengatakan, bahwa patung itu kotor dan orang-orang yang beriman diperintahkan untuk menjauhinya karena patung itu disembah di samping Allah. Apabila patung-patung itu tidak disembah, saya yakin dengan demikian patung itu tidak kotor dan kaum muslim tidak perlu menjauhinya.
5.      Kehalalan seni lukis di masa awal islam
Lukisan Qushair ‘Amra, secara tak terelakan  muncul di tengah ramainya pertanyaan tentang halal tidaknya seni lukis dalam islam. pun pada sekarang ini, keyakinan yang umum dianut orang adalah, bahwa segala bentuk lukisan dengan landasan ayat-ayat Al-Qur’an yang jelas- dilarang, tetapi itu tidak ada, sebagaimana sering ditunjukan oleh para orientalis.
6.      Seni rupa muslim
Kecenderungan yang ditunjukan seni rupa islam adalah kecintaanya pada abstraksi. Perestasi seni rupa muslim yang sukses luar biasa, terbesar dan paling akrab dengan jiwa kaum muslim adalah kaligrafi (seni menulis indah). Kaum muslim memilih kaligrafi sebagai media utama pernyataan rasa keindahannya karena tak ada bentuk seni lainnya yang mengandung abstraksi yang demikian lengkap dan mutlak
7.      Islam dan arsitektur
Banyak orang muslim dan non muslim yang meragukwa islam sedikit banyaknya mempunyai hubungan dengan arsitektur, keraguan mereka itu barangkali karena mereka tidak tahu atau karena mereka keliru, atau karena kedua-duanya. Yang pertama, pihak yang tidak tahu, yaitu orang-orang muslim yang tidak mengetahui bahwa:
a.       Sebelum kedatangan islam, kesatuan arsitektural belum ada. Kesatuan arsitektural muncul dan hadir bersama-sama islam, yaitu ketika arsitektur khas islam mulai mendominasi gaya arsitektur muslim yang memperbolehkan munculnya variasi-variasib untuk hal-hal yang tidak esensial, agar dapat menyesuaikan diri dengan iklim setempat, atau dengan hal-hal istimewa yang merupakan warisan “nenek moyang”
b.      Karakteristik gaya-gaya arsitektur yang terdapat di seluruh dunia muslim itu dilengkapi dan diilhami oleh islam. seluruh ketentuan arsitektur yang eektif (tepat guna) telah mereka mula di jantung negeri islam (Madinah, Bait AlMaqdis, Dimasyq, dll), dan dari sana menyebar ke seluruh dunia islam seiring dengan perkembangan islam.
c.       Merupakan suatu kekurangan yang mengerikan apabila islam mengabaikan pengaruh arsitektur masyarakatnya.

Mungkin itu yang bisa saya sajikan dalam resensi buku yang berjdul Seni di Dalam Pradaban Islam, karya Muhammad Abdul Jabbar.
Kelebihan dari buku: buku tersebut disajikan dengan bahasa yang sederhana, sehingga mudah untuk difahami, isinya lebih lengkap, segala referensi dari tulisannya tertulis jelas.
Kekurangan: buku tersebut sepertinya kurang sistematis dalam penulisanya, dari 1 bab ke bab berikutnya masih terasa jauh bahasan materinya. pembahasanya kurang mendalam mungkin ya, ya mungkin karena banyak sub topik yang disampaikan.
Trimakasih itu mungkin kritik dan masukan dari saya,, kurang lebihnya mohon maaf.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

keindahan seni tidak hanya dirasakan oleh indra kelima saja, akan tetapi indra keenampun bisa merasakannnya.
jika kita mencintai sesuatu, maka kita menginginkan sesuatu itu indah dan sempurna. akan tetapi belum tentu sesuatu yang indah dan sempurna bisa kita cintai.
by. winda permana sari

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Bluehost Coupons