Rabu, 04 April 2012

APRI KUSMIYANI (09410020)


RESENSI BUKU
PARADIGMA KEBUDAYAAN  ISLAM
Mata Kuliah : Pengembangan Budaya dan Seni
Dosen Pengampu : Nur Saidah, S. Ag
Di susun oleh :
Nama   : Apri Kusmiyani
NIM    : 09410020
NO      : 06     
Kelas   : PAI F
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2012

A. Identitas Buku
Judul Buku      : Paradigma Kebudayaan Islam
Pengarang       : Dr. Faisal Ismail, MA
Penerbit           : Titian Ilahi Press
Kota Terbit      : Yogyakarta
Tahun Terbit    : 1997
Halaman          : 202 halaman

Dalam buku ini membahas mengenai :
A.    AGAMA DAN KEBUDAYAAN
Menurut Koentjaraningrat, seorang sarjana antropologi yang terkenla di Indonesia, menyimpulakan bahwa komponen sistem kepercayaan, sistem upacara dan kelompok-kelompok religious yang menganut sistem kepercayaan dan menjalankan upacara-upacara religious, jelas merupakan ciptaan dan hasil akal manusia. Adapun komponen pertama, yaitu emosi keagamaan, digetarkan oleh cahaya Tuhan. Religi sebagai suatu sistem merupakan bagian dari kebudayaan  tetapi cahaya Tuhan yang mewarnainya dan membuatnya keramat tentunya bukan bagian dari kebudayaan.
Menurut beliau, religi yang dimasukkan dalam budaya antara lain:
1.      Peralatan dan perlengkapan hidup manusia
2.      Mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi
3.      Sistem kemasyarakatan
4.      Bahasa
5.      Kesenian
6.      Ilmu pengetahuan
7.      Religi
Muhammad Hatta wakil Presiden RI yang pertama, dalam kongres Kebudayaan I tahun 1948 di Magelang, mengatakan bahwa agama bagian dari kebudayaan.
Jelas sekali, bahwa mereka meng-approach dan memandang semua agama pada dasarnya adalah sama, semua agama di pandang sebagai fenomena sosial yang dapat ditemukan di dalam tiap-tiap kelompok manusia. Semua agama diselidiki dan dilihat sebagai aspek kehidupan manusia dan semuanya dianggap sebagai ciptaan manusia. Tetapi, agama itu juga ada yang berasal dari wahyu Allah SWT, yaitu agama yang berpokok pada konsep Allah SWT, beriman kepada para nabi, tuntunan baik buruk sesuai dengan ajaran kitab suci, agama wahyu lahir dari Timur Tengah, timbul di daerah-daerah dengan ras Semitik, sebagai agam dakwah, dan memberikan jalan yang lengkap kepada pemeluknya. Oleh karena itu, agama wahyu (agama samawi) tidak merupakan bagian dari kebudayaan.
Mengenai kritik kepada Gazalba, sarjana yang pernah belajar pada Fakultas TArbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Kalijaga pada tahun 1970. Beliau adalah seorang filosuf kebudayaan, pengamat dan pemerhati yang memiliki wawasan luas dan berbobot. Dalam bukunya Pengantar Kebudayaan Sebagai Ilmu, ia berpendapat, bahwa agama islam dan kebudayaannya itu setingkat dan masing-masing merupakan bagian dari Islam.
Ada 3 hal yang perlu didikusikan dari pemikiran Gazalba:
1.      Gazalba membedakan dan memahami bahwa din lebih luas dari agama, karea ia mengatakan bahwa agama Islam merupakan bagian dari din al-Islam.
2.      Gazalba Nampak mempunyai pemahaman khas tentang din Islam. Menurutnya, din Islam mempunyai 2 bagian, masing-masing agama (Islam) dan kebudayaan (Islam), yang kedudukannya setingkat. Agama Islam mengenai akhirat, logikanya agama Islam belum berlaku dalam kehidupan dunia sekarang ini. Sedangkan kebudayaan Islam mengenai kehidupan sekarang ini.
3.      Gazalba mengatakan bahwa sebagian din Islam itu adalah kebudayaan Islam yang katanya setingkat dengan agama Islam. 
Dilihat dari pemikiran Gazalba, maka hal ini sangat berbahaya dan menyesatkan, karena jelas bahwa Islam seluruhnya adalah agama wahyu, tidak ada unsure bidaya di dalamnya. Agama wahyu berasal dari Allah SWt, sedangkan agam budaya berasal dari hasil cipta dan karya orang lain. Oleh karena itu, ide pemikiran Gazalba di tolak.
Dipandang dari sudut syariat, menurut Gazalba syariat berhubungan dengan kebudayaan. Maka hal ini sangat bertentangan dengan dengan akidah Islam. Syariat tidak ada hubungannya dengan kebudayaan. Hal ini dapat diambil contoh dari manusia yang menikah, cerai, dan rujuk kembali. Ini bukan kebudayaan tetapi merupakan syariat Islam yang oleh Nabi Muhammad SAW dinyatakan sebagai sunahnya.  Masih banyak pemikiran Gazalba yang diserat dengan sekularisme. Hal ini menjadi sorotan tajam yang perlu untuk dikritisi.
B.     ISLAM , PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DI INDONESIA
Menurut WS. Rendra dalam khutbahnya di Masjid IAIN Sunan KAlijaga Yogyakarta menegaskan bahwa Umat Islam tidak hadir secara fungsional dalam tata kehidupan masyarakat, umat islam seakan-akan bukan sahabat kemanusiaan lagi dan umat Islam cenderung menjadi masyarakat tertutup.
Beliau juga menanggapi mengenai adanya gap (pemisah) antara golongan tua dan golongan muda. Dalam hal ini golongan muda seharusnya tidak memaksakan dan  mementingkan pemikirannya sendiri, karena pemikiran golongan muda itu adalah pemikiran yang tidak dapat tertampung oleh golongan tua.  Menanggapi tentang adanya pemberontakan terhadap gereja dan memeluk Islam, ia berpendapat bahwa orang tersebut hanya mencari sebuah kedisiplinan yang benar dalam artinya, pembebasan dan belenggu keterkekangan dan keterkaitan yang beku. Menanggapi mengenai merebaknya free lovedan free sex, dia berpendapat bahwa hal itu adalah kebudayaan.
Disini juga dapat dilihat, apresiasi umat islam terhadap kebudayaan tidak ada sama sekali, alias Nol. Aspek lain yang menjadi penyebab kritis kebudayaan Islam di Indonesia adalah adanya anggapan yang keliru, karena umat islam mengasosiasikan bahwa islam hanya sebagai ibadat, tetapi sebenarnya selain membicarakan mengenai peribadatan dalam arti sempet, islam juga membahas mengenai masalah dunia (kebudayaan).
Mengenai strategi dan pembaharuan Islam, seperti yang dilontarkan oleh MuktI Ali mengenai gagasan modernisasi pondok pesantren, bahwa pondok pesantren kecuali tetap mempertahankan ciri khasnya sebagai subkultural pendidikan Islam, maka perlu memberikan keterampilan dan pertukangan yang dapat mengantarkan para santri dapat mandiri. Kelak, jika sudah menamatkan pendidikan, mereka tidak menjadi beban masyarakat. Menurut Khurshid Ahmad, dalam merekonstruksi pendidikan islam itu, dia terlebih dahulu mengkaji sistem-sistem pendidikan di luar Islam. Seperti yang dikehendaki Alamsyah Ratuperwiranegara perguruan tingg islam dan pendidikan Islam dapat menangkap makna gejala pembaharuan. Harapan kepada IAIN, agar sebagai lembaga pendidikan tinggi yang bergerak dalam bidang agama dan kemasyarakatan tidak boleh hanya tenggelam dalam kegiatan yang bersifat rutin dan mengulang-ulang hal-hal yang sudah mapan tanpa menggali penemuan-penemuan baru dan mengembangkan pemikiran yang relevan dengan tuntutan kemajuan zaman.
Dalam dunia pesantren, menurut buku laporan yang dikeluarkan oleh Departemen Agama pada tahun 1982, jumlah pesantren di Indonesia tercatat sebanyak 4.890 buah. Dalam rentang waktu selama 15 tahun, kemudian (antara 1982-1997), jumlah pesantren ini akan semakin bertambah banyak sejalan dengan  didirikannya pesantren-pesantren di berbagai pelosak Tanah Air, terutama pada masa Orde Baru seperti sekarang ini.
Kedudukan kiai disebuah pesantren tidak hanya sekedar member pelajaran, tetapi sebagai sosok, model atau contoh yang baik.
Menghadapi tantangan di era global seperti sekarang ini, kiai senantiasa membuka diri terhadap modernisasi dalam rangka membangun saran dan prasaran, juga memasukkan pelajaran umum ke dalam kurikulum pesantren dengan tidak meninggalkan nilai-nilai ortodoksi.
Dalam membangkitkan intelektualisme Islam,  penelitian terhadap dunia pesantren yang kini terkihat semakin besar. Aspek-aspek penelitian yang bisa dilakukan terkait dengan isu-isu kontemporer seperti gagasan tentang pembangunan dan modernisasi, informasi dan globalisasi budaya dan dampak era industrialisai, informasi dan globalisasi dunia islam. Akar dari pesantren tidak saja sebagai pusat pengajaran, “tetapi juga sebagai pusat penyebaran agama islam.kajian-kajian terhadap “kitab-kitab kuning” telah menjadi karakteristik yang menjadi khas dari proses belajar mengajar di pesantren. Dalam memberikan respons terhadap arus transformasi budaya yang begitu cepat, banyak pesantren yang melakukan modifikasi-modifikasi terhadap sistem pendidikannya.  Pondok-pondok pesantren yang kini sebagiannnya telah memiliki universitas-universitas yag umumnya berafiliasi pada jam’iyah NU ditantang ikut mempercepat munculnya gelombang kebangkitan intelektual muslim.
Kebangkitan dalam kebudayaan, kebudayaan  Islam bisa ditandai dengan hasil karya-karya umat islam dan juga melakukan penerjemahan secara besar-besaran.  Kebudayaan barat bangkit dengan kemahiran, kejeniusan, keunggulan atau superioritas mereka dalam bidang ilmu pengetahuandan teknologi atas negara-negara lain di dunia.  Sedangkan kebudayaan Jepang bangkit ketika mereka melihat dari kebangkitan kebudayaan Barat, sehingga bangsa Jepang melakukan lompatan besar di bidang ilmu dan teknologi tersebut. Sehingga keberhasilan dan kesuksesan yang mengagumkan bisa dilihat sampai sekarang.
C.     KEBERIMANAN DAN KEBERSENIMANAN
Berdasarkan forum diskusi oleh para mahasiswa dan dosen IAIN Sunan Kalijaga pada Fakultas Adab, sepakat bahwa kesenian hendaknya harus dikaitkan dengan agama agar tidak terlalu liberal. Posisi Islam Kontemporer, Islam tidak menyangkal mengenai kemajuan pengetahuan dan teknologi, karena hal itu memperjelas bahwa Islam sangat menghargai akal fikira. Namun, Islam tidak memberikan kedudukan akal setingkat dengan wahyu. Untuk mengarahkan kepada kesenian Islam, bisa dilakukan dengan memi’rajkan kreativitas.
D.    ISLAM, MORALITAS DAN MODERNITAS
Dunia mode adalah dunia yang penuh pesona. Dari pakaian wanita dan laki-laki disesuaikan dengan keinginan konsumen. Bahkan kontes kecantikan pun sekarang merambah ke berbagai stratifikasi masyarakat. Melihat hal demikian, Islam tidak menolak adanya mode, yang penting adalah menutup aurat, Dalam menghadapi masalah-masalah duniawi tersebut, seperti yang kita lihat sekarang ini, produk kreativitas dalam dunia mode dapat ditampilkan dalam suatu peragaan busana Muslim untuk memberikan kepada semua orang, bahwa Islam tidak menampik mode pakaian, tetapi justru sebaliknya Islam menghargai kreativitas, mendorong daya cipta dan selaku menggalakkannya untuk selalu mencipta dan berkreasi.
Bila kita melihat kelompok generasi muda yang menanamkan diri sebagai “The Flower Children” itu adalah suatu gejala. Gejala dari kegelisahan dan kegaduhan ruhaniah kaum muda yang dihadapkan pada krisis-krisis yang timbul dari situasi perang yang tak pernah reda. Dengan demikian, dari agamalah ditunggu alternative untuk memberikan bimbingan spiritual yang lebih intensif, lestari dan menyejukkan. Karena agama sendiri adalah dasar moral yang berfungsi untuk mengatur, membimbing hidup dan kehidupan manusia.



 

7 komentar:

Unknown mengatakan...

agama dan kebudayaan sangat berkaitan antara satu sama lain, banyak di daerah-daerah dalam hal keagamaan ada unsur kebudayaannya contohnya di daerah jogjakarta pada maulid nabi muhammad saw adanya seni budaya sekatenan,dan lain sebagainya,oleh karena itu agama dan kebudayaan sangat berkaitan di daerah-daerah ataupun di masyarakat.

Tri Lestari (09410089)

Unknown mengatakan...

yuhuuuu . . .

Unknown mengatakan...

agar bisa terus berkembang dan bertahan dengan adanya perkembangan zaman, kesenian Islam harus senantiasa dikembangkan dan dilestarikan. Umat Islam harus mampu mengkreatifkan ajaran-ajaran agama secara maksimal dalam seluruh gerak kesenian dan kebudayaan Islam modern yang dapat memenuhi standar kualitas objektif, dan tetap berjiwa Islam.

Nurul Sholikhah Rahmawati (09410047)

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...

tanpa adanya kesenian dan kebudayan, maka dapat dipastikan bahwa dunia pendidikan juga tidak akan berkembang, dalam arti dunia pendidikan hanya akan stabil.

Sumarni/ 09410018

Unknown mengatakan...

tanpa adanya kesenian dan kebudayan, maka dapat dipastikan bahwa dunia pendidikan juga tidak akan berkembang, dalam arti dunia pendidikan hanya akan stabil.

Sumarni/ 09410018

Unknown mengatakan...

Islam adalah nilai yang bersifat absolut dan abadi, seni dan kebudayaan adalah pakainnya yang bersifat temporer dan fleksible...
artinya tanpa kebudayaan Islam sebagai agama yang kaku dan sulit untuk diterima diakalangan masyarakat banyak...
menilik sejarah masuknya Islam di Nusantara tidaklah dilakukan secara keras dan doktrinasi. melainkan merekonstruksi budaya setempat dan memasukan nilai-nilai ajaran Islam kedalamnya... so Islam bukanlah pengekang ataupun pengikat, Islam adalah Rahmatan lil 'alamin yang dapat memasuki berbagai elemen dan aspek manusia...

Almas Juniar Akbar [09410190]

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Bluehost Coupons