Jumat, 13 April 2012

Tugas Review Buku : Ridwan Nur Kholis (09410056)


Review Buku
Nama            : Ridwan Nur Kholis
NIM             : 09410056
Ijtihad Progresif Yasadipura II “Dalam Akulturasi Islam dengan Budaya Lokal”
Dr. Hj. Sri Suhandjati Sukri
Buku dengan judul “Ijtihad progresif Yasadipura II dalam Akulturasi Islam dengan Budaya Lokal” ini membahas mengenai wujud akulturasi budaya yang digagas oleh Yasadipura II dalam Serat Sasanasunu untuk menyinergikan ajaran Islam yang berdasarkan tauhid dengan tradisi Jawa Keraton yang banyak bernuansa klenik.
Sebagai individu, Yasadipura II telah mengenal Islam sejak masih kecil dari keluarganya maupun dari pondok pesantren. Sebagai orang yang dibesarkan di lingkungan Keraton, Yasadipura II adalah pendukung budaya dan kesenian jawa. Pertemuannya dengan pendukung-pendukung budaya islam terutama sewaktu di pesantren Gebangtinatar menyebabkan terjadinya penyerapan unsur-unsur kebudayaan islam dalam pemikiran Yasadipura II. Unsur kebudayaan Islam itu diterima, diolah dan dipadukan dengan budaya jawa. Sebagai pujangga keraton, Yasadipura II mempunyai tugas melestarikan budaya jawa. Karena budaya islam telah tersebar di masyarakat dan tidak dapat dielakkan terjadinya pertemuan dengan unsur budaya jawa, maka perubahan kebudayaan yang dikonsepkan Yasadipura II adalah yang masih dapat menjaga Identitas budaya (kesenian) jawa, yakni dengan Akulturasi.
Salah satu contoh karya seni sastra jawa yang telah berakulturasi dengan ajaran agama islam adalah Serat Bratasunu dan Serat Sasanasunu. Dalam karyanya itu, Yasadipura II (Bratasunu, pupuh 4, bait 11-12) menyebutkan waktu-waktu terkabulnya doa, yaitu di tengah malam, dengan permohonan yang didahului dengan taubat. Hal ini diambil dari ajaran islamyang terkait dengan waktu dan cara melakukan shalat Tahajjud, namun dalam bratasunu tidak disebut secara eksplisit anjuran salat Tahajjud. Berbeda dengan tulisannya dalam serat Sasanasunu (pupuh 7, bait 4-5) secara jelas mengemukakan pelaksanaan shalat tahajjud.
Buku ini menawarkan cakrawala baru untuk memahami ajaran Islam. Dengan cara demikian, maka nilai-nilai ajaran agama islam akan semakin dipahami oleh masyarakat jawa. Namun sebenarnya ajaran agama islam tidak hanya bisa diakulturasikan dengan kebudayaan atau kesenian jawa saja tetapi juga bisa diakulturasikan dengan kebudayaan daerah lainnya. Dan yang lebih penting lagi adalah bahwa bukan berarti orang-orang yang hidup di lingkungan dan dalam nuansa Keraton, maka mereka dianggap musyrik. Tetapi justru orang-orang muslim yang hidup di lingkungan dan dalam nuansa keraton justru lebih kuat dalam berpegang teguh kepada ajaran islam karena mereka telah mendapatkan cara/jalan yang lebih mudah untuk memahami ajaran Islam.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Bluehost Coupons