Minggu, 01 April 2012

Arip Febrianto (09410166)

Nama    : Arip Febrianto
NIM      : 09410166


RESENSI BUKU


Judul Buku     : Paradigma Kebudayaan Islam Studi Kritis dan Refleksi Historis
Pengarang      : Dr. Faisal Ismail, MA
Penerbit          : Titian Ilahi Press
Kota Terbit     : Yogyakarta
Tahun Terbit   : 1998
Cetakan ke-    : 2 (Edisi Revisi)
Halaman         : 289 halaman

Paradigma Kebudayaan Islam Studi Kritis dan Refleksi Historis
          Buku yang ditulis oleh Faizal Ismail ini merupakan kumpulan karangan dan makalah, secara garis besar buku ini membicarakan tentang persoalan moralitas, moderenitas, agama dan kebudayaan. Masyarakat (manusia) dan kebudayaan tidak bisa dipisahkan, karena keduanya merupakan suatu jalinan yang saling erat berkait. Menurut ahli-ahli kebudayaan, dengan menggunakan istilah agama atau religi menyatakan bahwa agama atau religi merupakan bagian dari kebudayaan. “Agama” (bahasa Indonesia) = “din” (bahasa arab) = religie (bahasa belanda) = religion (bahasa inggris). Dalam buku ini diuraikan juga mengenai agama samawi, Saifuddin Anshari mengatakan dalam tulisannya:
         Agama samawi dan kebudayaan tidak saling mencakup; pada prinsipnya yang satu tidak merupakan bagian daripada yang lainnya; masing-masing berdiri sendiri. Antara keduanya tentu saja dapat saling berhubungan dengan erat seperti kita saksikan dalam kehidupan dan penghidupan manusia sehari-hari. Sebagai mana pula terlihat erat antara suami dan istri, yang dapat melahirkan putera, namun suami bukan merupakan bagian dari si istri, demikian pula sebaliknya.
Muhammad Hatta, Wakil presiden RI yang pertama, dalam kongres Kebudayaan I tahun 1948 di Magelang, mengatakan bahwa agama merupakan bagian dari kebudayaan: Kebudayaan adalah ciptaan hidup daripada suatu bangsa. Kebudayaan banyak sekali macamnya. Menjadi pertanyaan apakah agama itu suatu ciptaan manusia atau tidak. Kedua-duanya bagi saya bukan soal. Agama adalah juga suatu kebudayaan, karena dengan beragama manusia dapat hidup dengan senang. Karenanya saya katakana agama adalah suatu bagian dari pada kebudayaan.
            Khuirsid Ahmad mengemukakan strategi pembaharuan pendidikan Islam di antaranya umat Islam mempunyai visi tentang tujuan pendidikan, visi harus menuntut umat Islam agar dapat berkembang, melakukan reformasi secara simultan terhadap pendidikan, melakukan reformasi pendidikan dan program pelatihan guru, membentuk organisasi untuk mempersiapkan kurikulum dan mata pelajaran di tingkat pendidikan. Indonesia dalam memacu diri membangkitkan kebudayaan belajar dari kebangkitan kebudayaan Islam, Barat, dan Jepang sehingga di Indonesia perlu digalakkan penerbitan terhadap karya-karya Indonesia sendiri, dan perlu ditingkatkan pula penerjemahan buku bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia untuk mengkaji ilmu dari negara lain.
Di dalam buku ini juga dijelaskan Sejarawan Kuntjawijoyo yang menyoroti masalah-masalah seputar seni budaya Islam di Indonesia, antara lain terfokus pada masalah subordinasi kesenian kepada agama dan akibat-akibatnya, kemiskinan dan gejala-gejala mundurnya kesenian Islam, dan beberapa rekomendasi untuk mengembangkan kesenian Islam.
            Menurut Faizal Ismail di dalam bukunya juga penulis mendiagnosis kesenian Islam ada dua kemungkinan sehingga angkatan muda islam telah “menyebrang” ke kebudayaan barat tanpa awas akses-akses negatif yang akan menimpa mereka yaitu; pertama, kesenian umat Islam berjalan dan hidup secara tradisional. Kedua, seni budaya umat islam kurang kreatif-inovatif dan variatif, ketinggalan dalam bobot dan kualitas. Dua kemungkinan itulah yang menjadi penyebab utama mengapa sebagian besar generasi muda Islam lebih menyenangi kebudayaan barat dan kurang menyenangi seni budaya Islam. Dalam mengatasi hal tersebut maka diperlukannya umat Islam khususnya kaum seni dan budayawan menciptakan kreasi, inovasi, dan pengayaan baru di bidang seni budaya Islam modern yang memenuhi standar kualitas estetika. Jika ini dapat dilakukan, maka terciptalah gairah dan etos kerja yang besar yang dapat mendorong kesenian budaya Islam berkembang maju, baik dalam segi kualitas maupun kuantitas.
           Suatu sikap dan kerja kreatif termasuk dalam seni memerlukan kebebasan yang terbatas bukan kebebasan yang tak terbatas. Kebebasan berimajinasi dalam proses penciptaan karya, seniman hendaknya juga menghargai keyakinan, kepercayaan dan aqidah orang lain, karena ia hidup di masyarakat dengan latar belakang yang berbeda. Kebebasan bagi seniman adalah kebebasan dalam arti teknis-kreatif penciptaan karyanya.
          Dunia mode adalah dunia yang penuh pesona. Dunia mode adalah dunia yang germerlap, mode selalu berkembang, karena mode itu tidak statis, secara terus-menerus mengalami perubahan. Islam berperan sebagai pembatas dan penjaga dalam pembentukan moralitas bangsa dan sebagai penuntun perkembangan modernitas seperti mode pakaian, penyakit mental epidemic, fashion show, kontes kecantikan dan sebagainya. Kreativitas seni dalam dunia mode harus berprinsip pada agama sebagai dasar moral yakni pakaian yang digunakan menutup aurat, maka pakaian bentuk apapun tidak menjadi persoalan.
           Dalam perkembangannya, Islam sebagai pembedaan secara tegas menetapkan antara baik dan buruk, antara halal dan haram, benar dan salah. Moralitas Islam yang beranggapan bahwa yang baik adalah yang selalu berkaitan dengan yang halal (dalam struktur Al-Qur’an yang halal berada di muka yang baik). Islam telah memberikan dorongan kepada manusia untuk melakukan segala yang halal dan benar, baik dan buruk (ma’rifat), serta meninggalkan segala bentuk yang haram, sesat dan bejat (mungkarat). Dengan demikian jalan-jalan ke arah kebaikan dan kebajikan selalu dibukakaan oleh Islam, sedang jalan-jalan ke arah kejelekan dan kemungkaran selalu ditutup rapat oleh Islam. Islam menutup pintu bagi segala bentuk, dan corak permissive society, menutup pintu bagi permissive culture, menutup pintu bagi segala bentuk permissiveness.
      Dalam buku ini Faisal Ismail juga mengulas tentang sejarah kebudayaan Islam, sejarah kebangitan kebuayaan Islam di Andalusia pada masa pemerintahan Abdurrahman I (Abdurrahman Addakhil) 661-750 M, Abdurrahman III 912-961 dan Al hakam II 961-976, bagaimana Andalusia sebelum Daulah Umayyah dari Vandalusia ke Andalusia,. Pada dasar sejarahnya, Islam juga berkoantribusi dalam kebangkitan dunia Barat. Banyak sumbangan Islam yang telah menjadi dasar kemajuan Barat, seperti kebudayaan, kedokteran, arsitektur, filsafat, astronomi, ilmu kesusasteran dan sebagainya. Andalusia benar-benar telah menjadi jembatan emas yang menyebrangkan hasil-hasil kebudayaan islam ke eropa. Kebudayaan islam inilah yang telah memberikan pengaruh secara luas terhadap eropa pada abad pertengahan.
        Dinamika yang terjadi didalam kebudayaan islam dimulai pada abad ke-15 Hijriyah. Pergerakan Kebudayaan modern dewasa ini, suatu peradaban yang oleh Barat semakin didesak ke belakang tanpa tumpuan keimanan dan kepercayaan kepada Tuhan. Keadaan ini pada gilirannya mendatangkan akibat pada masyarakat Barat yang membawa mereka semakin jauh dari Tuhan. Kebudayaan Barat yang semakin meluas di negara Timur hendaknya tidak terjadi jika kebudayaan Timur dapat menggunakan modernisasi kebudayaan Barat tanpa melakukan westernisasi, sehingga perlunya dilakukan kembali perumusan keseimbangan antara agama dan ilmu, antara kekudusan rahasia hidup dan alam semesta dengan kenyataan dunia empirik yang dapat dikaji oleh pikiran. Jika hal ini dilakukan, maka tidak mustahil dalam zaman ini, umat islam dapat memimpin seluruh dunia dalam menghadapi masa yang akan datang.

Kelebihan dari buku paradigma kebudayaan Islam:
Buku ini mengupas tentang kebudayaan Islam dari berbagai sudut, sehingga pembaca mendapatkan banyak referensi dalam buku ini. Buki ini juga memaparkan banyak pendapat tokoh dengan kelebihan buku ini menggunakan metode studi kritis dan refleksi historis, sehingga buku yang tepat buat renungan dan penghayatan kembali atas kejayaan Islam pada masa lampau.
Kekurangan dari buku paradigma kebudayaan Islam:
Buku ini kurang dalam memberikan solusi pemecahan masalah terhadap isu-isu teraktual. Sebagaian besar buku ini mengulang kembali ditiap babnya, atau menekankan kembali pentingnya kebudayaan ataupun Ilmu pendidikan tersebut. Buku ini juga lebih bersifat teoritik dan implementasinya kurang memberikan dampak.

1 komentar:

mustika^ blogger mengatakan...

Menyikapi pernyataan Muhammad Hatta, Wakil presiden RI yang pertama, dalam kongres Kebudayaan I tahun 1948 di Magelang, yang mengatakan bahwa agama merupakan bagian dari kebudayaan itu memang benar adanya. Namun tidak dipungkiri bila ada kalangan yang mengatakan jika kebudayaan adalah bagian dari agama. Karena keduanya ibarat "ayam dan telur", yang terkadang masih menjadi persoalan yang diperdebatkan teorinya. Namun kita sebagai umat muslim harus pandai-pandai menyikapi hal tersebut, sehingga tidak timbul perdebatan yang menjadi di antara kita semua. Kebudayaan islam yang disikapi dengan kritis dan menggunakan telaah historis hendaknya dapat bermanfaat bagi kita di era sekarang ini, dengan mengambil ibrah dan sebagai instropeksi diri menuju ke kebudayaan yang islami seutuhnya.
(*_*)

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Bluehost Coupons