Jumat, 06 April 2012

Resensi [Yuni Irawati 09410101]

YUNI IRAWATI
(09410101)
A.    IDENTITAS BUKU

Judul buku    :  Paradigma Kebudayaan Islam Studi Kritis dan Refleksi Historis(cet. 2)
Pengarang      :  Dr. Faisal Ismail, M A
Penerbit          :  Titian Illahi Press Yogyakarta
Tahun             : Januari 1998
Jumlah hal     : 289 halaman

B.     KELEBIHAN dan KEKURANGAN
a.       KELEBIHAN
·         Buku paradigma kebudayaan Islam telah memperkaya khazanah pustaka di tanah air. Buku ini cukup kritis dalam mengkaji peradaban Islam saat ini. Kategori buku yang diminati dan mendapat sambutan yang sangat besar dan penuh antusias dari kalangan pembaca karena telah terjual habis dalam waktu 3 bulan.
·         Penulis buku juga seorang pakar kebudayaan Islam, sehingga telah banyak bergelut dalam kebudayaan, sehingga keobjektifannya dalam menilai kebudayaan Islam benar- benar ditunjukkan dalam buku ini, hal itu dapat dilihat dengan kejujurannya mengakui kelemahan dan kelebihan kebudayaan Islam dari dulu hingga sekarang.
·         Buku paradigma kebudayaan Islam dalam cetakan kedua hadir dalam beberapa penambahan gagasan- gagasan baru, topik baru, perbaikan kalimat dan perbaikan kesalahan cetak, contoh: jika dalam cetakan pertama catatan kaki ditempatkan dalam teks karangan, maka dalam cetakan kedua catatan kaki diletakkan dibawah batang tubuh teks karangan.

b.      KEKURANGAN
·           Buku ini merupakan kumpulan karangan dan makalah lepas, antara bagian satu dengan bagian yang lainnya tidak bisa menjadi sesuatu yang bulat dan utuh secara sempurna.
c.       ISI BUKU
Buku yang berjudul paradigma kebudayaan Islam: studi kritis dan refleksi historis dibagi menjadi lima bagian:
Bagian pertama berisi suatu kajian tentang agama dan kebudayaan dan hubungan antara keduanya. Bagian ini diakhiri dengan sebuah studi kritis terhadap tesis- tesis kebudayaan yang diajukan Sidi Gazalba.
Bagian kedua  mencoba menyoroti secara umum sosok dan situasi pendidikan dan kebudayaan Islam di Indonesia. Bagian ini menyajikan dan memaparkan suatu analisis terhadap timbulnya krisis- krisis di bidang pendidikan dan kebudayaan yang dihadapi umat Islam.
Bagian ketiga membahas perihal subordinasi agama terhadap kesenian atau sebaliknya, apapula akibat yang terjadi jika hal itu dilakukan. Pembahasan ini dilakukan dengan sebuah diskusi tentang bagai mana seharusnya seniman muslim memandang, menghayati, mendekati dan menafsirkan Tuhan.
Bagian keempat mendiskusikan tentang Islam dalam kaitannya dengan moralitas dan modernitas, bagaimana posisi Islam berhadapan dengan pergeseran nilai- nilai moral yang terjadi di dunia barat, yang pengaruhnya dirasakan juga disekitar kita. Topik lain yang dikaji dalam bagian ini adalah bagaimana pendirian kaum muslimin dan wawasan Islam berhadapan dengan isu- isu sentral yang bertalian dengan modernisasi.
Bagian kelima diawali dengan sketsa sejarah kebangkitan kebudayaan Islam (abad 8 hingga  13 M). Kemudian adanya analisis dan refleksi historis, bahwa Islam dan umatnya cukup memilik peluang untuk melakukan gerakan revivalisme dan reformisme, mencipta segarkan karya-karya kebudayaan sebagai basis spiritual dan kultural untuk menopang proses akselerasi tarjadinya kebangkitan kembali  Islam dan  ummat nya.

Ulasan tentang isi
v  Dinamika gerakan kebudayaan  Islam
Abad ke 15 Hijriyah sebagai abad kebangkitan kembali Islam. Ada 2 konsep menurut Muzaffar, yakni:
Pertama, konsep ini merupakan suatu penglihatan dari dalam , suatu cara pandang  dalam melihat kaum muslimin deras dampak agama di kalangan pemeluknya.
Kedua, kebangkitan kembali Islam, disebabkan oleh beberapa faktor, yakni:
a.       Kekecewaan terhadap peradaban  barat
b.      Gagalnya sistem sosial yang bertumpu pada kapitalisme dan sosialisme
c.       Ketahanan ekonomi negara Islam tertentu
d.      Rasa percaya diri kaum muslimin akan masa depan mereka.
Dinamika Islam dalam kebudayaan sebagaimana telah dicapai dalam masa- masa keemasannya diharap bisa menjadi tenaga penggerak bagi munculnya kejayaan budaya baru di masa depan. Kejayaan Islam akan muncul jika benar- benar menyentuh dan membangkitkan seluruh rangsanagn budaya. Untuk itu sikap kultural yang kreatif harus tumbuh dan menggelora dalam gerak dunia Islam.
Sebenarnya kebangkitan Islam dan kebudayaannya tergantung kepada umat Islam sendiri, tergantung pada amal-amal kultural yang dilakukannya. Tanpa amal- amal kultural ,kebangkitan kebudayaan Islam akan hanya merupakan  harapan dan pengandaian.
Dalam hubungannya dengan kejayaan masa depan Islam sudah semestinya terpanggil untuk memberdayakan energi, vitalitas, dan etos kerjanya dalam  rangka memperkaya karya- karya budaya dalam segala aspek hidup dan kehidupan ummat dalam memberi makna bagi manusia dan kemanusiaan.
Islam harus tampil untuk menolong paradaban dunia dan menolong seluruh dunia kemanusiaan, karena  misi utama Islam, sebagaimana diungkapkan dalam Al qur’an : memberi rahmat bagi seluruh ummat manusia. Misi ini sudah barang tentu akan memacu Islam dan ummatnya untuk tampil sebagia alternatif kekuatan budaya dan sekaligus sebagi paradigma baru yang menandai munculnya sosok baru kebudayaan dunia.

A.    Pola pola pemikiran tentang hubungan agama dan kebudayaan
Kebudayaan
Definisi:
1.      Kebudayaan adalah manifestasi dan perwujudan segala kegiatan dan aktivitas manusia dalam menjawab tantangan eksistensi hidupnya
2.      Kebudayaan adlah karya dan kreasi insani, ciptaan manusia / man- made
3.      Kebudayaan adalah khas manusia
4.      Kebudayaan adalah merupaakan ciri yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya.
Menurut Kontjaraningrat , kebudayaan yang beraneka ragam sifat, jenis, dan coraknya memiliki tiga wujud yakni:
1.      Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide- ide, gagasan nlai- nilai, norma, peraturan.
2.      Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas, kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.
3.      Wujud kebudayaan sebagai benda- benda hasil karya manusia.

Agama, din, religie, dan religion
Masing- masing mempunyai asal- usul sendiri , memiliki riwayat dan sejarah sendiri-sendiri, namun dalam arti teknis – terminologis istilah- istilah tersebut mempunyai makna yang sama.

Hubungan agama dan kebudayaan
1.      Agama merupakan bagian dari kebudayan
Dengan pandangan semacam itu, maka jelaslah bahwa telah terperangap dan terjebak ke dalam generalisasi, semacam mencampuradukkan semua agama sebagai bagian dari kebudayaan(termasuk kepercayaan, moral, dan hukum yang bersumber dari  agama- agama).
2.      Agama bukan- wahyu merupakan bagian dari agama
3.      Agama samawi bukan merupakan bagian kebudayaanaan Islam
4.      Agama dan kebudayaan Islam merupakan bagian dari din Islam


2 komentar:

Unknown mengatakan...

eh gan yang desain blog spa ya?
yang ganti slide foto n headernya ples sub2 headernya....?
aq mbok njaluk tulung diwarai,,,,

Unknown mengatakan...

Persoalan modernisasi dan Islam sudah banyak dibicarakan orang. Disatu pihak Islam sebagai agama memiliki nilai-nilai dasar sebagai way of life yang berasal dari Al Qur’an dan Sunnah Rasul sedangkan modernisasi sendiri dianggap sebagai hasil pemikiran negara-negara Barat. Padahal modernisasi sebagai hasil rasionalisasi manusia yang mencakup pluralitas agama,budaya dan interaksi manusia lintas budaya di era kesejagatan. Tidak selamanya modernisasi itu buruk karena dengan modernisasi ini kita bisa mengikuti perkembangan zaman (bukan berarti terlena/larut) akan tetapi bagaimana dengan adanya modernisasi kita bisa menjadi seseorang yang berkualitas. Modernisasi tak perlu ditolak tetapi kepercayaan dan ketakwaan kepada Tuhan YME harus ditingkatkan sehingga degradasi moral dapat dicegah.


RIZKA FATMAWATI (09410266)

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Bluehost Coupons