Minggu, 01 April 2012

Mustika Listivani (09410199)

Nama    : Mustika Listivani
NIM      : 09410199

RESENSI BUKU
Judul Buku      : Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia
Pengarang        : Prof. Dr. H.A.R. Tilaar, M.Sc. Ed.
Penerbit           : PT Remaja Rosdakarya
Kota Terbit      : Bandung
Tahun Terbit    : 2002
Halaman          : xi+252 halaman

                 PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, DAN MASYARAKAT MADANI INDONESIA

     Buku ini mengulas mengenai proses pendidikan sebagai pemanusian manusia berbudaya indonesia yang interaktif berkesinambungan dan konsentris artinya yang berakar pada budaya bangsa dalam membawa manusia dan masyarakat Indonesia ke dalam suatu masyarakat madani Indonesia memasuki pergaulan bangsa-bangsa di dunia yang terbuka. Selanjutnya dibahas pula hakikat pendidikan, hakikat kebudayaan, berbagai kaitan antara pendidikan dan kebudayaan serta berbagai teori dan persepsi mengenai hubungan antara proses pendidikan dan kebudayaan.
        Para ahli antropologi pendidikan seperti Theodore Brameld melihat keterkaitan yang sangat erat antara pendidikan, masyarakat, dan kebudayaan. Antara pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan yang sangat erat dalam arti keduanya berkenaan dengan suatu hal yang sama ialah nilai-nilai. Apabila kebudayaan mempunyai tiga unsur penting yaitu kebudayaan sebagai suatu tata kehidupan (order), kebudayaan sebagai suatu proses, dan kebudayaan yang mempunyai suatu visi tertentu (goals), maka pendidikan dalam rumusan tersebut adalah sebenarnya proses pembudayaan.    Dengan demikian tidak ada suatu proses pendidikan tanpa kebudayaan dan tanpa masyarakat, dan sebaliknya tidak ada suatu kebudayaan dalam pengertian suatu proses tanpa pendidikan, dan proses kebudayaanan pendidikan hanya dapat terjadi di dalam hubungan antara manusia di dalam suatu masyarakat tertentu.
     Di dalam bukunya Tilaar juga mengulas Hakekat pendidikan secara epistemologi berusaha mencari makna pendidikan sebagai ilmu yaitu, mempunyai objek yang akan merupakan dasar analisis yang akan membangun ilmu pengetahuan yang disebut ilmu pendidikan. Sedangkan pendekatan ontologi atau metafisik menekankan kepada hakikat keberadaan, dalam hal ini keberadaa pendidikan itu sendiri. Keberadaan pendidikan tidak terlepas dari keberadaan manusia. Oleh sebab itu, hakikat pendidikan adalah berkenaan dengan hakikat manusia.
    Hakikat kebudayaan itu berarti bahwa perbedaan di dalam berbagai kebudayaan adalah kompleksitnya bukan tinggi rendah derajatnya. Setiap kebudayaan itu unik dan terus berkembang, tidak ada suatu kebudayaan yang statis. Selain itu dalam setiap kebudayaan terdapat unsur-unsur universal yang berlaku untuk setiap anggotanya, dan ada pula unsur-unsur kekhususan yang dianut oleh segelintir anggota. Rumusan Edward B. Taylor, budaya atau peradaban adalah suatu keseluruhan yang kompleks dari pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat-istiadat, serta kemampuan-kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Sedangkan pandangan Ki Hadjar Dewantara, kebudayaan berarti buah budi manusia yang merupakan hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh yang kuat yaitu alam dan zaman (kodrat dan masyarakat).
      Tanpa proses pendidikan tidak mungkin kebudayaan itu berlangsung dan berkembang bahkan memperoleh dinamikanya. Peranan pendidikan sangatlah besar dalam kebudayaan atau dengan kata lain pendidikan tidak dapt dipisahkan dari kebudayaan, maka dalam perkembangan ilmu pengetahuan telah muncul apa yang dikenal dengan antropologi pendidikan. Tanpa kepribadian manusia tidak ada kebudayaan, meskipun kebudayaan bukanlah sekedar jumlah dari kepribadian-kepribadian. Antara kepribadian dan kebudayaan terdapat suatu interaksi sebab-akibat yang menguntungkan. Di dalam pengembangan kepribadian diperlukan kebudayaan dan seterusnya kebudayaan akan dapat berkembang melalui kepribadian tersebut. Proses transmisi meliputi proses-proses imitasi, identifikasi dan sosialisasi. Imitasi adalah meniru tingkah laku dari sekitar. Proses Identifikasi itu berjalan sepanjang hayat sesuai dengan tingkat kemampuan manusia itu sendiri. Disosialisasikan artinya kelakuan-kelakuan yang dimiliki  tersebut adalah yang sesuai dan seimbang dengan nilai-nilai yang ada di dalam lingkungannya. Kebudayaan nasional akan semakin diperkaya apabila ditunjang oleh sistem pendidikan sistem pendidikan nasional yang memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada pengembangan potensi yang limitless dari akal dan budi manusia.
       Ada dua hal sebab mengapa ulasan mengenai kebudayaan dalam pendidikan perlu dan penting. Pertama ialah kebudayaan telah diartikan secara sempit, kebudayaan tidak lebih dari kesenian, tari-tarian, seni pahat, seni batik dan sebagainya. Dengan kata lain kebudayaan direduksi hanya mengenai nilai-nilai estetika. Yang kedua ialah pendidikan kita dewasa ini sangat intelektualistis. Artinya hanya mengenai satu unsur saja di dalam kebudayaan. Dengan demikian sistem pendidikan kita bukan merupakan tempat di mana kebudayaan dapat berkembang dan di mana pendidikan tersebut merupakan bagian dari kebudayaan secara menyeluruh. Dalam kongres taman siswa pertama tahun 1930, Ki Hadjar Dewantara telah menyodorkan konsep pendidikan sebagai beriku; “pendidikan beralaskan garis hidup dari bangsanya (kulturil nasional) yang ditujukan untuk keperluan peri kehidupan (maatschappelijk) yang mengangkat derajat Negara dan rakyatnya, agar dapat bersama-sama dengan bangsa lain untuk kemulyaan segenap manusia di seluruh dunia”. Oleh sebab kebudayaan merupakan dasar dari praksis pendidikan maka bukan saja seluruh proses pendidikan berjiwakan kebudayaan nasional, tetapi juga seluruh unsur kebudayaan harus diperkenalkan dalam proses pendidikan.
       Menurut kajian Brameld, proses kebudayaan mempunyai tiga aspek yang saling berkaitan satu dengan yang lain ialah: (1) kebudayaan mempunyai tata susunan (order) yang kompleks namun merupakan suatu anyaman yang berpola. (2) Nilai-nilai kebudayaan ditransmisikan dengan proses-proses “acquiring” melalui “inquiring”. Jadi proses pendidikan bukan terjadi secara pasif atau culture determined tetapi melalui proses interaktif antara pendidik dan peserta didik. (3) Proses pembudayaan mempunyai tujuan.
    Dalam buku ini juga mengulas Program Pendidikan diperlukan dalam pengenalan dan pengembangan kebudayaan. Unsur-unsur kebudayaan perlu diprogramkan melalui proses pendidikan untuk dipelihara, dikaji dan dikembangkan. Proses pendidikan mempunyai bentuk-bentuk atau modalitas seperti: bentuk formal, non formal dan informal. Koentjaraningrat mengemukakan dua fungsi dari kebudayaan nasional Indonesia: (1) kebudayaan nasional Indonesia merupakan suatu sistem gagasan dan perlambang yang dapat member identitas kepada setiap warga Negara Indonesia. (2) kebudayaan nasional Indonesia merupakan suatu sitem gagasan dan pralambang yang dapat dipakai oleh semua warga Negara Indonesia yang Bhineka itu untuk saling berkomunikasi dan dengan demikian dapat memperkuat solidaritas nasional. Menurut Adinegoro, pendidikan nasional perlu didasarkan pada inti pokok yang bersifat nasional nasional Indonesia yaitu unsur-unsur yang lahir dari kebudayaan yang hidup dalam masyarakat Indonesia, tetapi kulit luarnya bersifat peradaban barat yang berorientasi ke masa depan. Kedudukan bahasa daerah dalam rangka pengembangan kebudayaan nasional perlu mendapatkan perhatian khusus karena kita memiliki beratus bahasa daerah yang merupakan sumber kekayaan bukan  hanya untuk bahasa nasional tetapi juga sebagai unsur kebudayaan nasional yang sangat berharga. Manusia yang kreatif tidak mucul dengan sendirinya tetapi yang muncul karena rangsangan dari keseluruhan kebudayaan masyarakat di mana dia hidup.
      Era reformasi bertujuan untuk membina suatu masyarakat Indonesia yang baru dalam rangka untuk mewujudkan cita-cita proklamasi tahun 1945 yaitu membangun masyarakat Indonesia yang demokratis. Masyarakat Indonesia yang demokratis atau masyarakat madani Indonesia merupakan visi dari gerakan reformasi juga visi dari reformasi sistem pendidikan nasional. Adapun empat ciri utama masyarakat madani yaitu: kesukarelaan, keswasembadaan, kemandirian tinggi terhadap Negara dan keterkaitan pada nilai-nilai hukum yang disepakati bersama.
     Pendidikan dalam masyarakat madani tidak lain ialah proses pendidikan yang mengakui akan hak-hak serta kewajiban perorangan di dalam masyarakat. Proses pendidikan di dalam masyarakat demokratis mengakui adanya identitas masyarakat atau bangsa Indonesia yang berbudaya. Beberapa strategi pembangunnan pendidikan nasional dalam rangka membangun masyarakat madani Indonesia yaitu: (1) Pendidikan dari, oleh dan bersama-sama masyarakat (2) Pendidikan didasarkan pada kebudayaan nasional yang bertumpu pada kebudayaan lokal (3) proses pendidikan mencakup proses hominisasi dan proses humanisasi (4) pendidikan demokrasi (5) Kelembagaan pendidikan (6) desentralisasi manajemen pendidikan nasional.
     Pendidikan nasional yang berakar dari dan untuk pengembangan kebudayaan nasional harus mampu menumbuhkembangkan berbagai sikap manusia Indonesia yang memungkinkan lahirnya masyarakat madani Indonesia yang dicita-citakan. Berbagai sikap tersebut ialah: sikap demokratis, sikap toleran, saling pengertian, berakhlak tinggi, beriman dan bertakwa, manusia dan masyarakat yang berwawasan global.
Kelebihan Isi Buku Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia:
       Buku ini menarik bagi yang ingin mengetahui tentang pendidikan yang ada di Indonesia, analisis serta tentang kebudayaan yang ada dan masyarakat madani di Indonesia. Buku ini juga telampirkan piagam madinah disertai penjelasan yang lugas. Buku ini berisi tentang keterkaitan antara pendidikan, kebudayaan dan masyarakat madani yang saling berhubungan dan melengkapi. Pembahasan pada buku ini dimulai dari pembahasan yang sifatnya umum tentang era reformasi, kemudian pembahasan tentang hakikat pendidikan dan kebudayaan, yang dapat dijadikan sebagai dasar perbandingan antara pendidikan dan kebudayaan. Sebaliknya, karena pada saat ini telah terjadi pergeseran makna. Terdapat studi kusus (studi kritis dan refleksi historis) dari beberapa realita yang terjadi yang berhubungan dengan pendidikan masyarakat madani.

Kekurangan Isi Buku Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia:
      Buku yang berjudul pendidikan, kebudayaan, dan masyarakat madani indonesia ini hendaknya juga memberikan jalan keluar tentang problematika yang terjadi pada saat ini, dan lebih di tekankan dari sekedar teori. 

_

2 komentar:

Unknown mengatakan...

Disini Proses pendidikan sebagai pemanusian manusia berbudaya indonesia yang interaktif berkesinambungan dan konsentris artinya berakar pada budaya bangsa dalam membawa manusia dan masyarakat Indonesia ke dalam suatu masyarakat madani Indonesia memasuki pergaulan bangsa-bangsa di dunia yang terbuka.oleh karena itu pendidikan,kebudayaan sangat erat kaitanyya dalam proses untuk mewujudkan apa yang diinginkan oleh masyarakat itu.
Tri lestari (09410089)

Unknown mengatakan...

visi reformasi 1945 membentuk masyarakat indonesia menjadi masyarakat madani yang mempunyai sikap kesukarelaan,keswasembadaan, tidak terlalu bergantung kepada pemerintah (mandiri) serta patuh terhadap uuh atau nilai-nilai hukum melalui sistem pendidikan yang tak terlepas dari budaya negeri indonesia itu sendiri yang mempunyai nilai-nilai luhur. sehingga apa yang terkandung didalam pancasila terwujud, dengan moto bhineka tunggal ika sebagai modal utama bangsa indonesia dalam rangka untuk mewujudkan suatu masyarakat madani yang menghargai akan perbedaan sebagai kekuatan bangsa dan sebagai identitas bangsa indonesia yang secara kultural sangat kaya dan bervariasi. "berbeda jenis kulit, bhasa, agama itu tidak salah_^-didalam Al-qur'an pun disebutkan yang secara garis besar berbunyi kamu telah kami ciptakan bersuku-suku berbangsa-bangsa untuk saling mengenal"

arip febrianto 09410166

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Bluehost Coupons