Tugas_Resume Buku
Nama :
Aulia Fajri Purnamasari
NIM/NPK :
09410193 / 28
Kelas :
PAI – F
____________________________________
Judul Buku : Paradigma Kebudayaan Islam: Studi Kritis
dan Refleksi Historis
Penulis :
Dr. Faisal Ismail, MA
Penerbit :
Titian Ilahi Press
Tahun : 1996
Tebal Buku :
202 halaman
Bagian Pertama : Islam dan Kebudayaan di
Indonesia.
WS Rendra mengemukakan tiga poin penting. Pertama,
bahwa umat Islam tidak hadir secara fungsional dalam tata kehidupan masyarakat.
Kedua, umat Islam seakan-akan bukan sahabat kemanusiaan lagi. Ketiga, umat
Islam cenderung menjadi masyarakat tertutup. Tiga poin itu penting untuk
menjadi bahan pemikiran bagaimana umat Islam dapat meletakkan dirinya pada
proporsi dan posisi sebenarnya sehingga umat Ialam bisa hadir secara fungsional
dalam tata kehidupan masyarakat. Cara yang harus ditempuh agar umat Islam mampu
meletakkan dirinya pada proposi dan posisi yang sebenarnya sehingga umat Islam
bisa hadir secara fungsional dalam tata kehidupan masyarakat yaitu dengan
mengkaji ulang strategi kebudayaan dan sistem pendidikan secara menyeluruh dan
komprehensif. Strategi kebudayaan dalam suatu segi harus bermakna dan
berintikan pembaharuan pendidikan Islam, karena pendidikan merupakan sub-sistem
dalam keseluruhan satuan budaya. Pendidikan dan
kebudayaan dapat dipandang sebagai refleksi kehidupan intelektual dan kultural
umat dalam perjalanan misi sejarah yang disandangnya. Dari corak mutu
pendidikanlah dapat diamati kualitas intelektual dan kultural umat islam di masa
depan.
Bagi para pengamat masalah kebudayaan di
Indonesia, hampir dapat dipastikan mengenal Sidi Gazalba. Salah satu ide pokok
yang dianut secara fanatik dan selalu ada dalam buku karangannya ialah bahwa
Islam adalah agama dan kebudayaan.
Bagian Kedua : Keberimanan dan Kebersenimanan
Subordinasi agama terhadap kesenian atau
sebaliknya akan menimbulkan akibat psitif dan negatif yang menyangkut kedua
simbol tersebut.
Terhadap kesenian, akibat negatifnya adalah :
a. Terikatnya
bentuk dan isi kesenian kepada agama yang berpretensi abadi
b. Timbul
ketegangan antara nilai-nilai agama termasuk hukum-hukumnya yang keras dengan
nilai-nilai kesenian yang longgar
c. Penggunaan
kesenian untuk tujuan praktek agama akan membatasi ruang gerak kesenian
d. Kebebasan
mencipta terganggu oleh ingatan tentangnorma-norma
Adapun dari segi positifnya adalah adanya
dasar yang kuat untuk memperkembangkan kesenian karena betapa pun kesenian
harus selalu mengandung nilai-nilai.
Terhadap agama, kesenian mempunyai pengaruh
negatif pula, yaitu :
a. Pernyataan-pernyataan
dalam kesenian sering mengacaukan ajaran-ajaran agama, misalnya kekacauan
semantik
b. Hasil
kesenian kadang-kadang disucikan sebagai bentuk ibadah
c. Akidah-akidah
agama sering ditaklukkan oleh perkembangan kesenian
Sedangkan segi positifnya adalah nampaknya
sosok kebesaran agama yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia.
Bagian Ketiga : Islam, Moral, dan Modernitas
Bagian ini mendiskusikan tentang bagaimana
pendirian kaum Muslimin dan wawasan Islam berhadapan dengan isu-isu sentral yang
bertalian dengan modernisasi. Dunia mode adalah dunia yang gemerlap.
Perkembangan dunia mode itu tidak statis, tetapi terus mengalami perubahan. Ini
membuktikan bahwa manusia itu kreatif, selalu meciptakan hal-hal yang baru,
seperti mode pakaian untuk pria dan wanita. Islam sendiri tidak menolak mode.
Sepanjang mode pakaian itu menutup aurat, maka pakaian macam apapun bentuk dan
potongannya tidak menjadi persoalan. Selain modernisasi, pada bagian ini juga
membahas westernisasi. Unsur-unsur kebudayaan yang berasal dari Barat
boleh-boleh saja ditiru, diadaptasi, dan diambil alih. Akan tetapi tidak perlu
menyebabkan suatu bangsa menjadi seperti orang Barat, tidak perlu mengikuti
gaya hidup orang Barat.
Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW untuk
menghadirkan akhlak yang luhur. Dengan misinya beliau ditugaskan untuk
memperbaiki akhlak dan moral manusia. Moral Islam bersumber pada wahyu Allah
yang mutlak dan absolut, maka ia memiliki kemutlakan dan kelengkapan susunan
moral yang sempurna dan memiliki ciri-ciri tersendiri. Islam tidak hanya
memberikan standar moral yang mutlak, absolut, eternal, universal dan
komprehensif, tetapi juga memberikan daya dorong berupa latihan-latihan ibadat
keagamaan bagi manusia untuk sampai pada ketinggian dan keluhuran moral.
Bagian Keempat : Islam dan Kebudayaan Global
Sketsa sejarah kebangkitan kebudayaan Islam
pada abad 8 hingga 13 merupakan masa kejayaan Islam. Pada masa itu
memperlihatkan berbagai kemajuan dibidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Pada
bagian empat ini, mengungkapkan lintasan sejarah kebangkitan Islam di Andalusia
pada masa pemerintahan Abdurrahman I, Abdurrahman II dan al-Hakam. Di bawah
judul “Islam dan Situasi Global Dewasa Ini”, para filosf-filosuf menyatakan
bahwa kelam telah menyelimuti dunia Barat dan satelit-satelitnya. Peradaban dan
kebudayaan Barat modern memperlihatkan gejala bahwa arah perkembangannya
berangsur-angsur mati. Dengan situasi demikian, terbuka kesempatan yang baik
bagi Islam untuk bangkit. Umat Islam tidak boleh pasif, mereka harus
aktif-kreatif dalam pergulatan dan pergumulan kultural ini.
Dinamika Islam dalam kebudayaan sebagaimana
telah dicapainya pada masa-masa keemasannya diharapkan bisa tampil kembali dan
sekaligus menjadi tenaga penggerak bagi munculnya kejayaan baru di masa depan.
Kejayaan ini hanya akan muncul jika dinamika Islam benar-benar dapat menyentuh
dan membangkitkan seluruh rangsangan budaya. Untuk itu, sikap kultural yang
kreatif harus tumbuh dan menggelora dalam gerak dunia Islam.
0 komentar:
Posting Komentar