Resensi buku Dr. Faisal Ismail, M.A. “ Paradigma Kebudayaan
Islam “
Oleh : Iman
Alimansyah/ 09410224
Dunia
islam pada saat ini seakan-akan kehilangan identitas keislamannya. Semua itu
karena banyak berbagai faktor yang mempengaruhinya. Diantara faktor-faktor
tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Orang
muslimin terpengaruh oleh budaya barat sehingga mereka melupakan budaya mereka
sendiri. Bahkan ada yang menganggap bahwa budaya yang dibawa barat itu semua
itu baik. Padahal kalau kita kaji ulang tidak semua yang berasal dari barat itu
baik.
2.
Umat
islam tidak hadir secara fungional dalam tata kehidupan masyarakat. Maksudnya
eksistensi ummat islam memeang besar , akan tetapi mereka tidak mampu memfungsikan kebesarannya dalam
kata lain umat islam sangat kecil sekali fungsinya dalam tatanan masayarakat.
3.
Umat
islam seakan-akan bukan sahabat kemanusiaan lagi, maksudnya umat islam telah
mundur dalam bidang seni-budaya dan science. Padahal dulu umat islam pernah
menjadi renaissance dinegara- negara eropa.
4.
Umat
islam cenderung menjadi masyarakat tertutup. Dalm arti umat islam seakan-akan
tidak menerima terhadap kritikan dari luara agama islam. Padahal agama islam di
indonesia merupakan agama islam terbesar dibanding negara-negara lain.
Menurut
A. Mukhti Ali pada ahir tahun 1971 selaku menteri Agama Republik Indonesia pada waktu itu, tentang
kelemahan dan kekurangan yang terdapat pada Institus Agama Islam Negeri (IAIN)
Mukti Ali menyebutkan tiga kekurangan IAIN yaitu:
1.
Kekurangan
dalam menguasai bahasa, khususnya dalam bahasa arab dan bahasa inggris
2.
Kekurangan
dalam bidang metode dan sistem setipailmu, dan
3.
Kekeurangan
dalam mentalitas keilmuan
Untuk mengatasi itu semua, maka
peran perguruan tinggi sangat berperan besar terhadap perubahan tersebut. Dan
para dosen harus menenamkam dalam jiwa mahasiswa hal-hal berikut:
1.
Prinsip-prinsip
perubahana masyarakat
2.
Menumbuhkan
berfikir secara kritis dikalangan mahasiswa.
3.
Menimbulkan
optimisme di kalangan mahasiswa dengan menyadarkan bahwa ia adalah orang yang
cakap dan mempunyai hari depan yang baik.
4.
Mengajarkan
method of approach, cara-cara untuk memecahkan masalah.
5.
Menaamkan
disiplin intelektual, berfikir secara konsisten, dan memiliki integritas
pribadi.
6.
Mengajarkan
dan mengantarkan mahasiswa cinta membaca buku.
Maka
dari itu peran perguruan tingnggi adalah melahirkan cendikiawan-cendikiawan
muslim yang sejati dan membawa islam
lebih maju menjadi terdepan bukan hanya
sekedar kegiatan untuk kegiatan mewariskan harta kebudayaan dari
generasi terdahulu kepada generasi penggantinya yang memeungkinkan bersifat
reseptif , pasif , menerima begitu saja. Akan tetapi harus melatih mahasiswa
untuk bersifat direktif, mendorong mereka agar selalu berupaya maju, kreatif
dan berjiwa membangun peradaban islam.
Islam
saatnya melakukan inovasi dalam segala hal, karena zaman terus berkembang yang
memberikan tantangan baru bagi islam. Dalam bidang seni, sudah saatnya islam
melakukan inovasi, karena jikalau tidak, maka islam dianggap tidak menyesuaikan
dengan zaman. Islam sama sekali tidak menolak secara mentah terhadap seni. Akan
tetapi disamping itu islam juga tidak mengesampingkan ajaran islam yang menjadi
patokan umat islam dalam bergerak. Dalam pemilihan seni, islam harus melihat sejauh
mana ajaran islam tersebut bergerak dengan tujuan supaya antara seni yang ada
ajaran islam sejalan dengan syariat yang telah ditetapkan oleh islam.
Menjadi
penyair (seniman) bukan berarti dalam berkarir dibidangnya harus mencampakkan
agamanya. Karena islam sendiri mengandung nilai-nilai dan kualitas seni. Dalam
islam, orang tidak diharamkan mengembangakan seni budaya, bahkan islam dengan
ajaran-ajarannya selalu mendorong dan memberikan motivasi kuat untuk
menumbuhkan dan mengembangkan sesuatu yang berguna bagi perkembangan dan
pengukuhan spiritualitas semacam seni budaya ini.
0 komentar:
Posting Komentar