Nama : M Fathul
Muslim (09410187)
Kelas :
PAI-VI-F
o
Tugas resensi buku, dengan identitas buku sebagai berikut:
Judul: Seni di Dalam Pradaban Islam
Pengarang: Muhammad Abdul Jabbar
penerbit: Pustaka, kota Bandung
tahun: 1981
Jumlah halaman: 153 hlm
Pendahuluan—buku karya Muhammad Abdul Jabbar
tersebut sangat menarik untuk saya resensi, karna di dalamnya termuat banyak hal
terkait dengan bagaimana eksistensi seni di dalam tubuh islam, sejak zaman kuno
(pra islam) sampai waktu dimana islam menapakan kaki di medan kejayaan. Resensi
ini saya buat sesuai bab yang tertera dalam buku, berikut resensinya....
1.
Kedudukan seni dalam kebudayaan islam
Sebagai agama monoteistis, islam mengisikan
suatu sikap yang baru ke dalam jiwa pemeluknya. Ciri-ciri sikap rohaniyah kaum
muslim nampak pada setiap kegiatan kebudayaan, termasuk kesenian dan kerajinan.
Pusat daya normatif seni kaum muslim adalah islam itu sendiri. Para tukang dan
seniman muslim berusaha menampilkan cita keesaan tuhan (tauhid) dalam
karya seninya. Agama islam tidak menggariskan bentuk-bentuk seni tertentu, tetapi sekedar memberi pagar
lapangan ekspresi. Misalnya, islam tidak mengizinkan jenis puisi tertentu yang
sifatnya tidak islamis. Akibatnya, banyak syair arab masa pra islam mendapat
kritikan. Puisi sebagai bentuk kesenian tidaklah ditinggalkan oleh kaum
muslimin, pada saat para penyair mengubah isi-isi puisinya sesuai citarasa
islam dan mengungkapkan cita-cita islam lewat syair, para penyair itu kembali
memperoleh tempatnya semula dalam masyarakat islam pada wktu itu.
Menurut Al-Ghozali, yang menarik dari objek
seni adalah niali keindahan dalam-dalam. Ia juga mengkaitkan keindahan dengan
Tuhan dan mendasarkan pendapatnya atas Hadits Nabi, “Tuhan itu indah, dan Ia
menyukai keindahan”.
Kesenian dalam peradaban islam bukanlah
hasil dari sebuah ras atau negeri saja, akan tetapi merupakan perkembangan dari
berbagai ras manusia yang melakukan ajaran islam di banyak negara pada berbagai
masa dalam sejarah.
2.
Keindahan menurut Al-Ghozali
Menurut Al-Ghozali segala sesuatu yang
indah itu dicintai, karena keindahan itu memberi kesenangan, sebagaimana yang
nampak kemudian bahwa keindahan itu seiring dengan kesempurnaan. Ketika
Al-Ghozali menerangkan hal itu sebagai akibat dari cinta diri sendiri, maka
manusia menginginkan bahwa apa yang ada di sekelilingnya hanyalah hal-hal yang
sempurna, ia juga memberi petunjuk kepada kita mengenai dorongan manusia
terhadap benda-benda indah di sekelilingnya.
Al-Ghozali memberikan inti pemikiranya ini
dalam catatannya yang mengatakan “keindahan dari sesuatu hal terletak pada
kenampakan kesempurnaan yang dapat dilihat, dan sesuatu dengan fitrahnya.
Apabila seluruh kemungkinan sifat kesempurnaan terdapat dalam suatu objek, maka
objek itu menjelmakan tingkat keindahan tertinggi apabila hanya terdapat
sebagian saja, maka objek itu memiliki ukuran keindahan dalam tingkat
kesempurnaan tertentu. Terlepas dari nilai-nilai keindahan yang dapat diterima
dengan indra kelima kita, Al-Ghozali menyebut adanya indera ke-enam, yaitu
“jiwa”, “roh”,”hati”, dan “akal”,”cahaya” yang menerima keindahan dunia dalam,
yang bersifat rohani, moral, dan nilai keagamaan.
Bagi Al-Ghozali keindahan tidak dapat
dipisahkan dari gagasanya tentang keindahan, dan khususnya, mengenai cinta
kepada Tuhan.
3.
Musik relegius islam
Salah satu kecenderungan filologi bahasa
arab yang menggugah keingintahuan kita ialah adanya hubungan yang erat antara
musik dan sihir (magic). Ini disebabkan oleh kepercayaan magic musik
yang dikomat kamitkan dengan suara berdengung oleh para ahli sihir kafir pada
zaman arab kuno. Ketika islam miuncul di tengah dunia penyembahan berhala ini,
Nabi Muhammad menyerukan kutuk atas praktek-praktek ini.
Musik relegius harus dibuat berbeda dengan
kehidupan sekuler. Nyanyian dalam kehidupan sekuler disebut Ghina’, dan
dalam kehidupan agama disebut sebagai ta’bir, yaitu sebuah “penafsiran”, jadi musik yang
yang diterima islam adalah musik religi yang diakui.
4.
Muslim dan tashwir
Kebanyakan para orientalis mengatakan
bahwa, tashwir dilarang berdasarkan ayat:
“hai orang-orang yang beriman,
sesungguhnya(minuman) arak, berjudi, al anshub, dan mengundi nasib dengan
panah, adalah perbuatan kotor, termasuk perbuatan setan, maka jauhilah
perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keneruntungan.” (Al-Qur’an,
Al-Maidah,5:90). Para orientalis ini menafsirkan kata Al-Anshab sebagai patung dan
pekerjaan membuatnya adalah perbuatan kotor. An-Nasafi berkata, “al-anshab adalah
berhala (ashnam), dan berhala itu kotor karena didirikan dan disembah.” Dalam
hal ini, kita dapat mengatakan, bahwa patung itu kotor dan orang-orang yang
beriman diperintahkan untuk menjauhinya karena patung itu disembah di samping
Allah. Apabila patung-patung itu tidak disembah, saya yakin dengan demikian
patung itu tidak kotor dan kaum muslim tidak perlu menjauhinya.
5.
Kehalalan seni lukis di masa awal islam
Lukisan Qushair ‘Amra, secara tak
terelakan muncul di tengah ramainya
pertanyaan tentang halal tidaknya seni lukis dalam islam. pun pada sekarang
ini, keyakinan yang umum dianut orang adalah, bahwa segala bentuk lukisan
dengan landasan ayat-ayat Al-Qur’an yang jelas- dilarang, tetapi itu tidak ada,
sebagaimana sering ditunjukan oleh para orientalis.
6.
Seni rupa muslim
Kecenderungan yang ditunjukan seni rupa
islam adalah kecintaanya pada abstraksi. Perestasi seni rupa muslim yang sukses
luar biasa, terbesar dan paling akrab dengan jiwa kaum muslim adalah kaligrafi
(seni menulis indah). Kaum muslim memilih kaligrafi sebagai media utama
pernyataan rasa keindahannya karena tak ada bentuk seni lainnya yang mengandung
abstraksi yang demikian lengkap dan mutlak
7.
Islam dan arsitektur
Banyak orang muslim dan non muslim yang
meragukwa islam sedikit banyaknya mempunyai hubungan dengan arsitektur,
keraguan mereka itu barangkali karena mereka tidak tahu atau karena mereka
keliru, atau karena kedua-duanya. Yang pertama, pihak yang tidak tahu, yaitu
orang-orang muslim yang tidak mengetahui bahwa:
a.
Sebelum kedatangan islam, kesatuan arsitektural belum ada. Kesatuan
arsitektural muncul dan hadir bersama-sama islam, yaitu ketika arsitektur khas
islam mulai mendominasi gaya arsitektur muslim yang memperbolehkan munculnya
variasi-variasib untuk hal-hal yang tidak esensial, agar dapat menyesuaikan
diri dengan iklim setempat, atau dengan hal-hal istimewa yang merupakan warisan
“nenek moyang”
b.
Karakteristik gaya-gaya arsitektur yang terdapat di seluruh dunia muslim
itu dilengkapi dan diilhami oleh islam. seluruh ketentuan arsitektur yang
eektif (tepat guna) telah mereka mula di jantung negeri islam (Madinah, Bait
AlMaqdis, Dimasyq, dll), dan dari sana menyebar ke seluruh dunia islam seiring
dengan perkembangan islam.
c.
Merupakan suatu kekurangan yang mengerikan apabila islam mengabaikan
pengaruh arsitektur masyarakatnya.
Mungkin itu yang bisa saya sajikan dalam resensi
buku yang berjdul Seni di Dalam Pradaban Islam, karya Muhammad Abdul Jabbar.
Kelebihan dari buku: buku tersebut disajikan dengan bahasa yang sederhana, sehingga
mudah untuk difahami, isinya lebih lengkap, segala referensi dari tulisannya tertulis
jelas.
Kekurangan: buku tersebut sepertinya kurang sistematis dalam penulisanya, dari 1 bab
ke bab berikutnya masih terasa jauh bahasan materinya. pembahasanya kurang mendalam
mungkin ya, ya mungkin karena banyak sub topik yang disampaikan.
Trimakasih itu mungkin kritik dan masukan dari
saya,, kurang lebihnya mohon maaf.
1 komentar:
keindahan seni tidak hanya dirasakan oleh indra kelima saja, akan tetapi indra keenampun bisa merasakannnya.
jika kita mencintai sesuatu, maka kita menginginkan sesuatu itu indah dan sempurna. akan tetapi belum tentu sesuatu yang indah dan sempurna bisa kita cintai.
by. winda permana sari
Posting Komentar