RESENSI BUKU
PARADIGMA KEBUDAYAAN ISLAM
PARADIGMA KEBUDAYAAN ISLAM
Mata Kuliah : Pengembangan Budaya dan Seni
Dosen Pengampu : Nur Saidah, S. Ag
Di susun
oleh :Dosen Pengampu : Nur Saidah, S. Ag
Nama :
Apri Kusmiyani
NIM :
09410020
NO : 06
Kelas : PAI F
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAMNO : 06
Kelas : PAI F
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2012
A. Identitas Buku
Judul Buku : Paradigma Kebudayaan Islam
Judul Buku : Paradigma Kebudayaan Islam
Pengarang :
Dr. Faisal Ismail, MA
Penerbit
: Titian Ilahi Press
Kota Terbit :
Yogyakarta
Tahun Terbit : 1997
Halaman
: 202 halaman
Dalam buku ini membahas mengenai :
A.
AGAMA
DAN KEBUDAYAAN
Menurut
Koentjaraningrat, seorang sarjana antropologi yang terkenla di Indonesia,
menyimpulakan bahwa komponen sistem kepercayaan, sistem upacara dan
kelompok-kelompok religious yang menganut sistem kepercayaan dan menjalankan
upacara-upacara religious, jelas merupakan ciptaan dan hasil akal manusia.
Adapun komponen pertama, yaitu emosi keagamaan, digetarkan oleh cahaya Tuhan.
Religi sebagai suatu sistem merupakan bagian dari kebudayaan tetapi cahaya Tuhan yang mewarnainya dan
membuatnya keramat tentunya bukan bagian dari kebudayaan.
Menurut
beliau, religi yang dimasukkan dalam budaya antara lain:
1.
Peralatan
dan perlengkapan hidup manusia
2.
Mata
pencaharian hidup dan sistem ekonomi
3.
Sistem
kemasyarakatan
4.
Bahasa
5.
Kesenian
6.
Ilmu
pengetahuan
7.
Religi
Muhammad
Hatta wakil Presiden RI yang pertama, dalam kongres Kebudayaan I tahun 1948 di
Magelang, mengatakan bahwa agama bagian dari kebudayaan.
Jelas sekali,
bahwa mereka meng-approach dan memandang semua agama pada dasarnya adalah sama,
semua agama di pandang sebagai fenomena sosial yang dapat ditemukan di dalam
tiap-tiap kelompok manusia. Semua agama diselidiki dan dilihat sebagai aspek
kehidupan manusia dan semuanya dianggap sebagai ciptaan manusia. Tetapi, agama
itu juga ada yang berasal dari wahyu Allah SWT, yaitu agama yang berpokok pada
konsep Allah SWT, beriman kepada para nabi, tuntunan baik buruk sesuai dengan
ajaran kitab suci, agama wahyu lahir dari Timur Tengah, timbul di daerah-daerah
dengan ras Semitik, sebagai agam dakwah, dan memberikan jalan yang lengkap
kepada pemeluknya. Oleh karena itu, agama wahyu (agama samawi) tidak merupakan
bagian dari kebudayaan.
Mengenai
kritik kepada Gazalba, sarjana yang pernah belajar pada Fakultas TArbiyah
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Kalijaga pada tahun 1970. Beliau
adalah seorang filosuf kebudayaan, pengamat dan pemerhati yang memiliki wawasan
luas dan berbobot. Dalam bukunya Pengantar Kebudayaan Sebagai Ilmu, ia berpendapat,
bahwa agama islam dan kebudayaannya itu setingkat dan masing-masing merupakan
bagian dari Islam.
Ada 3 hal yang
perlu didikusikan dari pemikiran Gazalba:
1.
Gazalba
membedakan dan memahami bahwa din lebih luas dari agama, karea ia mengatakan
bahwa agama Islam merupakan bagian dari din al-Islam.
2.
Gazalba
Nampak mempunyai pemahaman khas tentang din Islam. Menurutnya, din Islam
mempunyai 2 bagian, masing-masing agama (Islam) dan kebudayaan (Islam), yang
kedudukannya setingkat. Agama Islam mengenai akhirat, logikanya agama Islam
belum berlaku dalam kehidupan dunia sekarang ini. Sedangkan kebudayaan Islam
mengenai kehidupan sekarang ini.
3.
Gazalba
mengatakan bahwa sebagian din Islam itu adalah kebudayaan Islam yang katanya
setingkat dengan agama Islam.
Dilihat
dari pemikiran Gazalba, maka hal ini sangat berbahaya dan menyesatkan, karena
jelas bahwa Islam seluruhnya adalah agama wahyu, tidak ada unsure bidaya di
dalamnya. Agama wahyu berasal dari Allah SWt, sedangkan agam budaya berasal
dari hasil cipta dan karya orang lain. Oleh karena itu, ide pemikiran Gazalba
di tolak.
Dipandang dari sudut syariat,
menurut Gazalba syariat berhubungan dengan kebudayaan. Maka hal ini sangat
bertentangan dengan dengan akidah Islam. Syariat tidak ada hubungannya dengan kebudayaan.
Hal ini dapat diambil contoh dari manusia yang menikah, cerai, dan rujuk
kembali. Ini bukan kebudayaan tetapi merupakan syariat Islam yang oleh Nabi
Muhammad SAW dinyatakan sebagai sunahnya.
Masih banyak pemikiran Gazalba yang diserat dengan sekularisme. Hal ini
menjadi sorotan tajam yang perlu untuk dikritisi.
B.
ISLAM
, PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DI INDONESIA
Menurut
WS. Rendra dalam khutbahnya di Masjid IAIN Sunan KAlijaga Yogyakarta menegaskan
bahwa Umat Islam tidak hadir secara fungsional dalam tata kehidupan masyarakat,
umat islam seakan-akan bukan sahabat kemanusiaan lagi dan umat Islam cenderung
menjadi masyarakat tertutup.
Beliau
juga menanggapi mengenai adanya gap (pemisah) antara golongan tua dan golongan
muda. Dalam hal ini golongan muda seharusnya tidak memaksakan dan mementingkan pemikirannya sendiri, karena
pemikiran golongan muda itu adalah pemikiran yang tidak dapat tertampung oleh
golongan tua. Menanggapi tentang adanya
pemberontakan terhadap gereja dan memeluk Islam, ia berpendapat bahwa orang
tersebut hanya mencari sebuah kedisiplinan yang benar dalam artinya, pembebasan
dan belenggu keterkekangan dan keterkaitan yang beku. Menanggapi mengenai
merebaknya free lovedan free sex, dia berpendapat bahwa hal itu adalah
kebudayaan.
Disini juga dapat dilihat, apresiasi
umat islam terhadap kebudayaan tidak ada sama sekali, alias Nol. Aspek lain
yang menjadi penyebab kritis kebudayaan Islam di Indonesia adalah adanya
anggapan yang keliru, karena umat islam mengasosiasikan bahwa islam hanya
sebagai ibadat, tetapi sebenarnya selain membicarakan mengenai peribadatan
dalam arti sempet, islam juga membahas mengenai masalah dunia (kebudayaan).
Mengenai
strategi dan pembaharuan Islam, seperti yang dilontarkan oleh MuktI Ali
mengenai gagasan modernisasi pondok pesantren, bahwa pondok pesantren kecuali
tetap mempertahankan ciri khasnya sebagai subkultural pendidikan Islam, maka
perlu memberikan keterampilan dan pertukangan yang dapat mengantarkan para
santri dapat mandiri. Kelak, jika sudah menamatkan pendidikan, mereka tidak
menjadi beban masyarakat. Menurut Khurshid Ahmad, dalam merekonstruksi
pendidikan islam itu, dia terlebih dahulu mengkaji sistem-sistem pendidikan di
luar Islam. Seperti yang dikehendaki Alamsyah Ratuperwiranegara perguruan tingg
islam dan pendidikan Islam dapat menangkap makna gejala pembaharuan. Harapan
kepada IAIN, agar sebagai lembaga pendidikan tinggi yang bergerak dalam bidang
agama dan kemasyarakatan tidak boleh hanya tenggelam dalam kegiatan yang
bersifat rutin dan mengulang-ulang hal-hal yang sudah mapan tanpa menggali
penemuan-penemuan baru dan mengembangkan pemikiran yang relevan dengan tuntutan
kemajuan zaman.
Dalam
dunia pesantren, menurut buku laporan yang dikeluarkan oleh Departemen Agama
pada tahun 1982, jumlah pesantren di Indonesia tercatat sebanyak 4.890 buah.
Dalam rentang waktu selama 15 tahun, kemudian (antara 1982-1997), jumlah pesantren
ini akan semakin bertambah banyak sejalan dengan didirikannya pesantren-pesantren di berbagai
pelosak Tanah Air, terutama pada masa Orde Baru seperti sekarang ini.
Kedudukan kiai
disebuah pesantren tidak hanya sekedar member pelajaran, tetapi sebagai sosok,
model atau contoh yang baik.
Menghadapi
tantangan di era global seperti sekarang ini, kiai senantiasa membuka diri
terhadap modernisasi dalam rangka membangun saran dan prasaran, juga memasukkan
pelajaran umum ke dalam kurikulum pesantren dengan tidak meninggalkan
nilai-nilai ortodoksi.
Dalam
membangkitkan intelektualisme Islam, penelitian terhadap dunia pesantren yang kini
terkihat semakin besar. Aspek-aspek penelitian yang bisa dilakukan terkait
dengan isu-isu kontemporer seperti gagasan tentang pembangunan dan modernisasi,
informasi dan globalisasi budaya dan dampak era industrialisai, informasi dan
globalisasi dunia islam. Akar dari pesantren tidak saja sebagai pusat
pengajaran, “tetapi juga sebagai pusat penyebaran agama islam.kajian-kajian
terhadap “kitab-kitab kuning” telah menjadi karakteristik yang menjadi khas
dari proses belajar mengajar di pesantren. Dalam memberikan respons terhadap
arus transformasi budaya yang begitu cepat, banyak pesantren yang melakukan
modifikasi-modifikasi terhadap sistem pendidikannya. Pondok-pondok pesantren yang kini
sebagiannnya telah memiliki universitas-universitas yag umumnya berafiliasi
pada jam’iyah NU ditantang ikut mempercepat munculnya gelombang kebangkitan intelektual
muslim.
Kebangkitan dalam kebudayaan,
kebudayaan Islam bisa ditandai dengan
hasil karya-karya umat islam dan juga melakukan penerjemahan secara
besar-besaran. Kebudayaan barat bangkit
dengan kemahiran, kejeniusan, keunggulan atau superioritas mereka dalam bidang
ilmu pengetahuandan teknologi atas negara-negara lain di dunia. Sedangkan kebudayaan Jepang bangkit ketika
mereka melihat dari kebangkitan kebudayaan Barat, sehingga bangsa Jepang
melakukan lompatan besar di bidang ilmu dan teknologi tersebut. Sehingga
keberhasilan dan kesuksesan yang mengagumkan bisa dilihat sampai sekarang.
C.
KEBERIMANAN
DAN KEBERSENIMANAN
Berdasarkan forum diskusi oleh para
mahasiswa dan dosen IAIN Sunan Kalijaga pada Fakultas Adab, sepakat bahwa
kesenian hendaknya harus dikaitkan dengan agama agar tidak terlalu liberal.
Posisi Islam Kontemporer, Islam tidak menyangkal mengenai kemajuan pengetahuan
dan teknologi, karena hal itu memperjelas bahwa Islam sangat menghargai akal
fikira. Namun, Islam tidak memberikan kedudukan akal setingkat dengan wahyu.
Untuk mengarahkan kepada kesenian Islam, bisa dilakukan dengan memi’rajkan
kreativitas.
D.
ISLAM,
MORALITAS DAN MODERNITAS
Dunia
mode adalah dunia yang penuh pesona. Dari pakaian wanita dan laki-laki
disesuaikan dengan keinginan konsumen. Bahkan kontes kecantikan pun sekarang
merambah ke berbagai stratifikasi masyarakat. Melihat hal demikian, Islam tidak
menolak adanya mode, yang penting adalah menutup aurat, Dalam menghadapi
masalah-masalah duniawi tersebut, seperti yang kita lihat sekarang ini, produk
kreativitas dalam dunia mode dapat ditampilkan dalam suatu peragaan busana
Muslim untuk memberikan kepada semua orang, bahwa Islam tidak menampik mode
pakaian, tetapi justru sebaliknya Islam menghargai kreativitas, mendorong daya
cipta dan selaku menggalakkannya untuk selalu mencipta dan berkreasi.
Bila
kita melihat kelompok generasi muda yang menanamkan diri sebagai “The Flower
Children” itu adalah suatu gejala. Gejala dari kegelisahan dan kegaduhan
ruhaniah kaum muda yang dihadapkan pada krisis-krisis yang timbul dari situasi
perang yang tak pernah reda. Dengan demikian, dari agamalah ditunggu
alternative untuk memberikan bimbingan spiritual yang lebih intensif, lestari
dan menyejukkan. Karena agama sendiri adalah dasar moral yang berfungsi untuk
mengatur, membimbing hidup dan kehidupan manusia.
7 komentar:
agama dan kebudayaan sangat berkaitan antara satu sama lain, banyak di daerah-daerah dalam hal keagamaan ada unsur kebudayaannya contohnya di daerah jogjakarta pada maulid nabi muhammad saw adanya seni budaya sekatenan,dan lain sebagainya,oleh karena itu agama dan kebudayaan sangat berkaitan di daerah-daerah ataupun di masyarakat.
Tri Lestari (09410089)
yuhuuuu . . .
agar bisa terus berkembang dan bertahan dengan adanya perkembangan zaman, kesenian Islam harus senantiasa dikembangkan dan dilestarikan. Umat Islam harus mampu mengkreatifkan ajaran-ajaran agama secara maksimal dalam seluruh gerak kesenian dan kebudayaan Islam modern yang dapat memenuhi standar kualitas objektif, dan tetap berjiwa Islam.
Nurul Sholikhah Rahmawati (09410047)
tanpa adanya kesenian dan kebudayan, maka dapat dipastikan bahwa dunia pendidikan juga tidak akan berkembang, dalam arti dunia pendidikan hanya akan stabil.
Sumarni/ 09410018
tanpa adanya kesenian dan kebudayan, maka dapat dipastikan bahwa dunia pendidikan juga tidak akan berkembang, dalam arti dunia pendidikan hanya akan stabil.
Sumarni/ 09410018
Islam adalah nilai yang bersifat absolut dan abadi, seni dan kebudayaan adalah pakainnya yang bersifat temporer dan fleksible...
artinya tanpa kebudayaan Islam sebagai agama yang kaku dan sulit untuk diterima diakalangan masyarakat banyak...
menilik sejarah masuknya Islam di Nusantara tidaklah dilakukan secara keras dan doktrinasi. melainkan merekonstruksi budaya setempat dan memasukan nilai-nilai ajaran Islam kedalamnya... so Islam bukanlah pengekang ataupun pengikat, Islam adalah Rahmatan lil 'alamin yang dapat memasuki berbagai elemen dan aspek manusia...
Almas Juniar Akbar [09410190]
Posting Komentar