Nama : Muhammad Shofa Zainuddin
NIM : 09410250
Judul Buku : Paradigma
Kebudayaan Islam
Studi
Kritis dan Refleksi Historis
Penulis :
Dr. Faisal Ismail, M.A
Penerbit :
Yogyakarta, Titian Ilahi Press
Tahun
Terbit : 1996
Tebal
buku : 289 hlm, 21 cm
A. Islam dan Kebudayaan di
Indonesia
Dalam buku ini diterangkan bahwa, potret Islam di Indonesia belum
semaksimal mungkin sesuai yang disamapaikan oleh W.S. Rendra seorang dramawan,
penyair dan budayawan dalam orasinya di Masjid IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
pada tahun 1971. Terdapat tiga poin dalam orasinya yaitu:
a. Ummat Islam tidak hadir
secara fungsional dalam tata kehidupan masyarakat.
b. Ummat islam seakan-akan
bukan sahabat kemanusiaan lagi.
c. Ummat Islam cenderung
menjadi masyarakat tertutup.
Mencoba untuk menyoroti secara umum sosok dan situasi pendidikan
dan kebudayaan Islam di Indonesia. Menyimak paparan yang disampaikan dalam
orasinya di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta telah memberikan gambaran tentang
situasi Islam di Indonesia saat ini. Dikarenakan mereka kurang mengenal dan
bersahabat deng ilmu pengetahuan. Ummat Islam di Indonesia sangatlah besar,
namun tidak dapat memfungsikan kebesarannya.
Adapun strategi kebudayaan dan pembaharuan pendidikan Islam yang
diketahui bahwa terdapat pemahaman tentang Islam itu sendiri, dengan adanya
perbedaan pemahaman tersebut sering terjadi pertikaian antar umat Islam. Di
saat masa tersebut, umat Islam tidak sadar bahwa kultur Barat yang cenderung
membawa pengaruh negative telah masuk di Indonesia. Oleh sebab itu, seorang
pendidik mempunyai tanggungjawab melalui pendidikan formal maupun pendidikan
informal. Semuanya itu, difungsikan untuk mengubah dan meluruskan sikap dan
cara berpikir ana-anak Islam sehingga mereka menjadi Muslim seutuhnya.
Menurut A.R Baswedan ketika dalam “Simposium Museum Pendidikan”
mengatakan bahwa pengembangan museum budya Islam harus diiringi dan ditunjang
dengan gerakan kebudayaan. Ini merupakan hal penting Karena ikhwal kebudayaan
adalah masalah yang sangat vital dalam pengembangann Islam. Selain itu,
generasi muda Islam saatnya tampil guna ikut aktif dalam menggerakkan
kebudayaan Islam bagi pembangunan bangsa.
Strategi yang perlu digunakan yaitu memalui pendekatan yang tidak
hanya teoritis, melainkan praktis. Dari pendekatan ini, akan direncanakan arah
dan masa depan kebudayaan yang memungkinkan terciptanya amal-amal kultur dan
karya-karya budaya. Strategi budaya harus mampu menggerakkan daya kreatif dan
daya potensial ummat dalam memberi warna dan arti bagi kebangkitan kembali
Islam.
Strategi kebudayaan dalam suatu segi harus bermakna dan berintikan
pembaharuan pendidikan Islam, karena pendidikan merupakan sub
sistem dalam keseluruhan satuan budaya. Pendidikan dan kebudayaan
dapat dipandangsebagai refleksi kehidupan intelektualdan kultural ummat dalam
misi perjalanan kehidupan.
Pendidikan dan pengajaran di perguruan tinggi bukanlah sekadar
kegiatan mewariskan harta kebudayaaan terdahulu kepada generasi pengganti yang
bersifat pasif menerima apa adanya. Namun seorang pendidik harus berusaha
melatih para mahasiswa untuk lebih bersifat direktif, dan mendorong mereka agar
berupaya untuk maju, kreatif dan berjiwa membangun.
Menurut Sidi Gazalba tentang penilaian takdir bahwa
dengan segala kemungkinan perkembangan potensi kecerdasannya telah ikut
memberikan sumbangan sangat berharga dan bernilai bagi dunia pemikiran
kebudayaan. Sebagai seorang pendidik, sebaiknya lebih kritis dalam menghadapi
paradigma dari tokoh yang satu dengan yang lain.
Pemikiran Gazalba mengatakan bahwa agama Islam adalah setingkat
dengan kebudayaan Islam dan masing-masing merupakan bagian dari din Islam,
merusak nilai-nilai kesucian ,keaslian, dan kemurnian Islam. Pemikiran ini
sangatlah berbahaya karena dapat merusak akidah kita bahkan peserta didik yang
imannya masih lemah selain itu, jelas dikatakan bahwa Islam seluruhnya adalah
wahyu.
B. Kebersamaan dan
kebersenimanan
Diantara agama dan kesenian ada juga mengandung
akibat negative. Yaitu ketika agama terhadap kesenian dan kesenian terhadap
agama. Namun ada juga segi positif dari kedua belah pihak, yaitu mengembangkan
kesenian dari sosok kebesaran agama dapat mempengaruhi kehidupan manusia.
Kesenian Islam semakin lama akan mengalami kemacetan
bahkan lenyap sama sekali karena ummat Islam di Indonesia kelebihan mengenai
kesenian. Kelebihan yang mengakibatkan kurang menaruh perhatian terhadap
kesenian tersebut. Sehingga serng kita menjadi saksi akan perubahan
yang dilakukan masyarakat untuk menuntuk hal-hal yang bersifat modern.
Antara rasa seni dengan agama terkadang terjadi
pemberontakan yang menganggap bahwa agama (Islam) sebagai belenggu atas
kebebasan mereka (seniman) dalam mengkreasikan karyanya. Dengan kasus tersebut,
maka sebagai calon seniman sebaiknya dapat menempatkan posisi dalam
kesenimannya yaitu selain mengasah daya kreativitasnya intuisi dan
imajinasinya, harus juga mendalami penghayatan dan pengalaman agama secara
intens, sehingga terdapat keseimbangan antara emosi dan akal. Dengan begitu,
akan terjadi keharmonisan antara kesenimanan dengan keimanan.
Membicarakan antara Islam sebagai agama, Moral
dan Modernitas sangatlah berperan penting dalam kehidupannya. Berbicara ketiga
hal tersebut akan membawa ke dalam dunia yang selalu menghasilkan gaya hidup.
Apalagi tren fashion atau sebagainya mmembuat manusia seakan telah diperbudak
oleh uang. Semua yang dihasilkan oleh manusia tidak diajarkan langsung dalam
agama. (Islam). Namun yang perlu diperhatikan dalam berkreasi mambuat sesuatu
seni yaitu tentang fungsi ataupun tujuan yang akan dicapai. Islam tidak
melarang kreasi (estetika) dalam mendisain model pakaian, islam justru
menginginkan kreatifitas terus berkembang akan tetapi harus tetap memperhatikan
nilai-nilai dalam islam, yaitu dalam berpakaian harus menutup aurat.
C. Islam dan Kebudayaan
Global
Sejarah telah mencatat antara pertengahan abad 8 sampai permulaan
abad 13 Masehi, ummat Islam pernah mencapai puncak kebesaran dan kejayaan. Pada
bab kebudayaan Islam di Andalusia dalam lintas sejarah ini, baik Daulah Islam
di Timur (Daulah Abbasiyah) yang berpusat di Bagdad, maupun Daulah
Ummayah yang berpusat di Cordova. Keduanya mmeperlihatkan berbagai
kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
Estetika, ilmu pengetahuan dan kesusastraan dipelopori oleh al
hakam (961-976) yang mengabdikan hidupnya untuk kemajuan dan kemakmuran rakyat
dan negerinya. Pada masa kekuasaannya, rakyat merasakan nikmatnya keadilan dan
kemakmuran yang melimpah ruah.
Islam di Andalusia muncul sebagai suatu kekuatan budaya dan
sekaligus menghasilkan cabang-cabang kebudayaan dalam segala ragam dan
jenisnya.Kesenian, kesusastraan, arsitektur, kedokteran, filsafat, dan
bidang-bidang kebudayaan lain tumbuh dan berkembang dengan maraknya.
Mengenai sumbangan Islam kepada kebangkitan kebudayaan barat,
telah banyak diberikan oleh Islam. Yang paling menonjol dari
sumbangan-sumbangan tersebut yaitu:
1. Bidang kedokteran,
dokter Islam, al-Kindi, telah menulis buku Ilmu Mata yang
diterjamahkan ke dalam bahasa Latin menjadi Optics.
2. Bidang astronomi dan
ilmu pasti, sarjana Islam al-Khawarizmi menulis buku Al Jabr wa
al-Muqabah yaitu suatu buku standar ilmu pasti.
3. Bidang filsafat, filosof
Barat yaitu Ibnu Rusyd.
4. Bidang ilmu sejarah dan
sosiologi, Ibnu Khaldun berperan penting dalam menyumbangkan
pemikiran-pemikiran untuk sarjana Barat.
Situasi global dewasa ini mengakibatkan peradaban dan kebudayaan
Barat modern melahirkan generasi yang urak-urakan, pemberontak. Terjadinya
industrialisasi menjadikan peradaban menjadi lebih mengenakan, karena segala
bentuk kebutuhan telah dibuat dari proses industri. Industrialisasi disatu
pihak telah mampu memberikan kenikmatan, keenakan, kemudahan bagi kehidupan
manusia, tetapi dilain pihak menimbulkan keadaan yang sebaliknya “aliensi
manusia”. Keretasingan manusia terhadap alam, terhadap manusia sesamanya dan
terhadap Tuhan.
Siklus Jahili dapat dianggap sebagai sebuah tantangan dan mejadi
sebuah harapan. Tantangan karena jaman jahiliyah telah melahirkan kaum pemabuk,
perampok, pezina, penumpahan darah, dan para penjudi. Mereka hidup sepanjang
bimbingan kekerasan, imoralitas dan kriminalitas. Sebuah harapan lahir, karena
berakhirnya jahiliyah tersebut, terdapat kesempatan untuk masuknya jaran-ajaran
Islam. Dalam Islam tidak ada pemisahan antara urusan ibadat dan urusan
kemasyarakatan dan kebudayaan, karena Islam adalah suatu kebulatan tuntunan
hidup, tuntunan jiwa, suatu system kemasyarakatan dan dasar kekuatan dan
tatanan kultural.
Berbicara tentang kebudayaan Islam di masa depan nampaknya sangat
perlu membangkitkan ummat Islam sebagai penggerak bagi munculnya kejayaan
budaya baru. Kebudayaan Islam yang benar-benar menyentuh dan membangkitkan
seluruh rangsangan budaya. Oleh sebab itu perlunya sikap kultural yang kreatif
yang tumbuh dan menggelora dalm gerak dunia Islam.