Nama :
Yuyus Juliana
NIM :
09410075
No Absen : 14
Kelas :
PAI F
Identitas Buku
Judul Buku : Panadangan Islam Tentang
Kesenian
Pengarang : Drs. Sidi Gazalba
Penerbit : Bulan Bintang , Jakarta,
1977.
BAB I
KEBUDAYAAN
Kesenian ialah suatu segi kebudayaan. Asosiasi kata kebudayaan
dikalangan masyarakat umumnya adalah kesenian. Sutu kebudayaan ialah cara
berfikir dan cara merasa, yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan
sekelompok manusia yang membentuk masyarakat, dalam suatu ruang dan suatu
waktu. Pengertian tersebut dapat dipersingkat dengan “cara berfikir dan cara
merasa dalam kehidupan, dan masih mungkin dipendekan lagi dengan “cara hidup”.
Hingga sampailah kita kepada inti pengertian kebudayaan adalah “cara hidup”.
Kehidupan ialah segala sesuatu yang berhubungan dengan hidup. Tiap
peristiwa yang berhubungan dengan masyarakat, dialami oleh tiap individu,
semenjak ia lahir sampai mati, masuk kedalam kehidupan dan diliputi oleh
kebudayaan. Dengan demikian alangkah luasnya ruang lingkup kebudayaan itu.
Menurut para ahli, bahwa kebudayaan dapat dibagi dalam beberapa
kategori:
1.
Social
2.
Ekonomi
3.
Politik
4.
Pengetahuan
dan tehnik
5.
Seni
6.
Filsafat
7.
Agama
Social adalah pergaulan hidup, pergaulan hidup membentuk
masyarakat. Masyarakat ialah kelompok manusia dalam mana hidup terjalin
kebudayaan yang diamalkan oleh kelompok itu sebagai kebudayaannya.dengan
demikian jelaslah adanya hubungan antara masyarat dan kebudayaan, dimana
masyarakat membentuk kebudayaan dan kebudayaan mengatur masyarakat. Tanpa
kebudayaan masyarakat itu menjadi kelompok manusia yang bercerai beraitidak ada
kerjasama dan tidak mengatur dirinya sebagai kesatuan social, masyarakat
merupakan wadah bagi kebudayaan.
Tujuan ekonomi ialah kemakmuran, sedangkan tujuan social adalah
kesejahteraan. Untuk membawa masyarakat kepada kesejahteraan dan kemakmuran,
masyarakat itu perlu diatur. Maka terjadilah pembentukan kekuasaan dan
mempergunakan kekuasaan itu untuk mengatur social dan ekonomi menurut konsep
orang-orang yang memegang kuasa, itulah hakikat politik.
Untuk aktivitas social, ekonomi, dan politik diperlukan
pengetahuan. Untuk aktivitas ekonomi tidak saja pengetahuan yang diperlukan,
tetapi juga teknik. Makin tinggi tuntutan social, ekonomi dan politik, makin
tinggi pula tingkat pengetahuan yang diperlukan.
Kesenian merupakan penciptaan bentuk-bentuk yang menyenangkan, yang
dimaksud kesenangan disini ialah kesenangan estetika, karena itulah seni itu
adalah penjelmaan rasa estetika.
Dengan metode berfikir sistematik, radikal, dan universal, filsafat
menggali kebenaran dari kebenaran, yakni kebenaran yang hakiki, sepanjang yang
dapat diusahakan oleh akal manusia. Bukan kebenaran saja yang dipikirkan oleh
filsafat, tetapi juga nilai-nilai (etika dan moral, estetika, nilai-nilai
social, ekonomi, politik, ilmu, teknik, dan lain-lain). Menurut pandangan
kebudayaan nilai ini dibentuk oleh akal.
Karena kebudayaan kehidupan manusia bersifat dinamik, berubah terus
menerus. Maka dari itu diperlukan ilmu sejarah untuk memberitahulkan
perkembnagn kebudayaan.
Dengan uraian pengertian dan teori asas kebudayaan, maka bagaimana
dan betapa kedududkan seni dalam kebudayaan, selanjutnya kedudukannya
diperbandingkan dengan bidang-bidang kebudayaan lain. Social, ekonomi, politik,
pengetahuan, dan teknik berfungsi untuk membina keselamatan manusia pada segi
material. Agama membina keselamatan manusia pada segi rohani. Falsafah mencari
kebenaran hakiki, berkaitan dengan kebenaran itu ia menentukan nilai-nilai. Ada
dua tata nilai yang berpengaruh dalam kebudayaan, yakni etika dan estetika.
Etika dikuasai oleh agama, estetika yang menyusun nilai keindahan dan keharusan
untuk mewujudkan kesenangan (pleasure) pada diri manusia dilaksanakan
oleh kesenian.
BAB II
KESENIAN
Menurut Herbert Read, Seni adalah usaha bentuk-bentuk yang
menyenangkan, dalam ucapan sehari-hari senang atau memiliki pengertian mudah
atau tidak ada kesulitan. Namun kesenangan disini memiliki arti lain yaitu
suka, mesra, nikmat, merasa puas (enak, gembira). Pengertian inilah yang
dipakai dalam istilah menyenangkan menurut Herbert Read. Seni merupakan nilai
yang besar peranannya dalam kebudayaan.
Dalam kehidupan sehari-hari kita lebih banyak menumpukan perhatian
kepada keindahan bentuk atau rupa daripada segi moral atau perbuatan. Sebagai contoh bahwa laki-laki umumnya lebih
tertarik pada kecantikan rupa wanita daripada memperhatikan tingkah lakunya.
Kadang-kadang untuk mencapai segi keindahan banyak orang yang mengorbankan
moral. Mereka yang menikmati karya-karya seni mengalami penghayatan estetika.
Pengalaman itu ialah perasaan yang timbul pada kita ketika memandang sesuatu
yang indah pada alam atau karya seni.
Suatu karya atau barang yang dikatakan indah, adalah keindahannya
tidak terletak pada karya atau barang itu sendiri tetapi ia adalah suatu
perasaan yang dihayati oleh manusia, ketika melihat karya atau barang itu.
Indah adalah sebutan yang kita berikan kepada sifat-sifat tertentu terhadap
objek yang menimbulkan kesenangan dalam diri kita, sehingga keindahan itu
sifatnya relative.
Kesenagan itu sendiri akan muncul ketika kita sudah berusaha
semaksimal mungkin untuk mencapai suatu tujuan, dan tujuan itu telah tercapai
atau berhasil dan hasil itu disertai oleh perasaan gembira atau puas.
Kesenian bukanlah perkara muwazir atau kemewahan, atau perkara yang
dibuat manusia dalam kehidupan, seperti berjudi, minum arak, kecanduan
narkotika, menghisap rokok. Menciptakan karya seni dan menikmati seni adalah
fitrah manusia, seperti juga halnya makan dan minum, bergaul, mencari
pengetahuan, mengarah pada .kebenaran, dan mengabdi kepada tuhan. Kalaulah
kesenian itu fitrah manusia tentu ia terlibat dalam kehidupan sehari-hari,
seperti pula social-ekonomi dengan pergaulannya dan makan-minum.
Dalam pengertian umum setiap manusia adalah seniman. Dalam
pengertian husus atau dalam pandangan masyarakat penamaan seniman memang tidak
diuntukan kepada setiap orang, melainkan hanya kepada orang-orang tertentu.
Karya yang diciptakan oleh orang-orang itu memberikan kesenangan estetika
kepada masyarakat, atau sebagian masyarakat, jadi tidak terbatas pada
kesenangan pribadi si pencipta itu sendiri.
Seniman dalam pengertian umum adalah orang yang amat peka rasa
seninya, sehingga mudah tergetar, menggerakannya untuk menciptakan karya
melalui keterampilan (skill)nya sehinga dapat dinikmati oleh orang lain atau
masyarakat.
Seni bukanlah hanya ekspresi emosi yang dalam, melainkan didalamnya
ada pula unsur social, yang memerankan peranan penting. Dasar kesenian itu
social. Seniman tidak hanya menginginkan pernyataan tentang apa yang ada dalam
hatinya dalam suatu bentuk, tetapi ia jjuga menghendaki pernyataan simpasi dan
penghayatan simpasi dari orang lain.
Pada asanya ajaran agama terdiri suruhan dan larangan. Yang disuruh
itu yang baik, dan yang dilarang adalah yang buruk. Perbincangan tentang
nilai-nilai baik dan buruk itu memasuki lapangan etika, yang baik adalah nilai
positif, seperti juga yang indah merupakan nilai positif.
Dengan analisis tersebut ditemukan hubungan antara agama, etika,
dan estetika. Seni dilahirkan oleh agama, dan etika tidak lain merumuskan
ajaran agama tentang yang baik dan yang buruk. Bukan saja terjalin hubungan
antara agama dan seni dan agama dengan etika, tetapi dengan penyamaan nilai
antara yang bagus dengan yang baik, terjalin pula hubungan antara seni dan
etika.
Dalam kebudayaan barat seni telah putus hubungannya dengan agama.
Bahkan agama itu sendiri putus pula hubungannya dengan kebudayaan.
Hubungan-hubunga itu telah diputuskan oleh sekularisma. Sekularisma
menggariskan batas antara agama dan kebudayaan dengan tajam. Bahwa wewenang
agama ialah dalam gereja, diluar itu adalah wewenang kebudayaan. Karena itu
agama tidak boleh masuk kedalam pemikiran, ajaran atau pengamalan social,
politik, ilmu, filsafat, dan kesenian. Yang akhir ini adalah wilayah akal.
Kebudayaan tidak ada hubungannya dengan agama, demikian pula kesenian sebagai
bidang kebudayaan.
Sekalipun dibarat kini seni dan agama sudah putus hubungannya,
namun pandangan tentang seni yang bermutu tinggi masih tetap berkaitan dengan
moral, memang seni bukanlah untuk mengajarkan moral, karna yang bertugas
mengajarkan moral adalah etika, namun demikian seni sejatinya ia mengandung
moral.
Cabang-cabang kesenian diantaranya adalah sebagai berikut:
1.
Nyayian, bahan yang
digunakan adalah suara, yang membentuk seni suara. Yang disuarakan itu biasanya
disusun dengan kata-kata yang indah. Dengan demikian sastera menjadi bahan
nyanyian.
2.
Deklamasi, bahan
yang digunakan ialah pengucapan dan yang diucapkan itu biasanya karya sastera.
3.
Musik, bahan
yang dipergumakan ialah nada, irama dan gaya.
4.
Tari, bahan
yang dipergunakan ialah mimic, pantomimic, dan gaya.
5.
Lukisan, bahan-bahannya
aialah garis, ruang, warna, baying.
6.
Arca, bahannya
ialah kayu, batu, dan logam.
7.
Bina, bahannya
ialah bangunan dan bentuk.
8.
Hias, bahannya
ialah perhiasan, dandanan.
9.
Pakaian,
bahannya ialah kain dan lain-lain.
10.
Drama,
bahannya paling kaya, dimana didalamnya terdapat cabang-cabang kesenian yang
tersebut diatas.
11.
Masak,
bahannya ialah bahan-bahan makanan.
12.
Kecantikan,
bahannya ialah kosmetik, bahan-bahan make up, operasi plastic, dan lain-lain.
Macam-macam kesenian itu dapat dibagi menurut salurannya:
1.
Audio (untuk
didengar), misalnya: sastera, seni suara, deklamasi, dan music.
2.
Visual (untuk
dipandang), misalnya: seni tari, seni lukis, seni hias, seni bina, seni
pakaian, dan seni topeng.
3.
Audio-Visual(ntuk
didengar dan dipandang), misalnya: drama dan film.
4.
Verbal (untuk
dibaca), misalnya: prosa dan puisi.
Apabila seni hanya dipandang sebagai bidang kebudayaan, maka
ciptaan tuhan bukanlah kesenian. Kebudayaan adalah ciptaan manusia, maka seni
pula adalah karya manusia. Tetapi apabila seni diartikan sebagai penciptaan
bentuk-bentuk yang menyenangkan, maka keindahan dan kesempurnaan alam merupakan
karya agung dari tuhan sang maha seniman. Seniman manusia berusaha menciptakan
bentuk-bentuk yang menyenangkan, dan belum tentu usaha itu berhasil, atau
hasilnya hanya diakui oleh sebagian orang. Tetapi tuhan sang mmmaha seniman
dengan kebesaran dan keagungannya mampu menciptakan bentuk-bentuk ang
menyenangkan, dan tidak ada manusia yang mengingkari keindahan dan kesempurnaan
karya agung itu.
BAB III
ISLAM
Islam sebagai diin bukan saja mengatur hubungan manusia
dengan Allah SWT (hablu mina’llah), tetapi juga mengatur hubungan
manusia dengan manusia (hablu minan-nas). Tata hubungan yang petama
membentuk religi atau agama atau ibadat, yang kedua melahirkan social atau
mu’amalat, yang membentuk masyarakat. Masyarakat ialah penjelmaan kebudayaan.
Dengan demikian islam meliputi seluruh segi kehidupan manusia, yang tersimpul
dalam istilah agama dan kebudayaan.
Hubungan agama dan kebudayaan berbeda pada pandangan islam daripada
pandangan antropologi. Antropologi memandang agama sebagai bidang kebudayaan,
sedangkan islam memandangnya sebagai pangkal dari tiap gerak fikir dan tindakan
manusia, jadi pangkal kehidupan. Kehidupan itu di urus oleh kebudayaan. Dengan
demikian agama mendahului kebudayaan dalam cara hidup manusia, bahkan agama
mampu mengendalikan atau mengawal kebudayaan.
Agama bukan bidang kebudayaan, melainkan keduanya ada integrasi
yang disebut diin islam. Islam diturunkan Allah SWT untuk memberikan
keselamatan bagi manusia, bukan saja dalam kehidupan dunianya tetapi juga dalam
kehidupan akhirat. Dalam kebudayaan yang berfungsi membina keselamatan ialah
social, ekonomi, pengetahuan dan teknik, yangberfungsi membina kesenangan ialah
kesenian.
Agama islam ialah tata ajaran dan amal yang diberikan Alla SWT
kepada hamba-hambanya demi keselamatan dan kesenangan hamba-hambanya sendiri.
Untuk mendapatkan keselamatan tuhan menggariskan suruhan-suruhannya dan
anjuran-anjurannya, dan untuk mencegah
kerusakan tuhan memberikan larangan-larangan.
Risalah islam islah untuk mewujudkan keselamatan bagi manusi,
eksistensi manusia berlangsung di dua tempat yakni dunia dan akhirat. Dunia dan
akhirat bukan merupakan dua kesatuan, tetapi keduanya membentuk kesatuan.
Ajaran islam itu terbagi menjadi tiga kategori:
1.
Quran, berasal dari
Allah sendiri, yang harus di imani atau diyakini dan diamalkan dalam kehidupan
kalau manusia menghendaki keselamatan dan kesenangan di dunia dan akhirat.
2.
Hadist, berasal dari
Rasulullah, menerangkan, mengulas, menafsrkan, memperinci, dan memberikan
tauladan realisasi al quran dalam kehidupan sehari-hari, serta menterjemahkan
suruhan dan larangan Allah yang menjadi pokok kandungan wahyu itu dalam bentuk
akhlak.
3.
Ijtihad, berasal dari
muslim yang ilmunya mendalam, kuat daya fikirnya dan terpuji akhlaknya,
menentukan peraturan pelaksanaan quran dan hadist dalam ruang dan waktu yang
berbeda dan menilai tiap perkara yang baru yang dihadapi umat islam.
Kehidupan sehari-hari itu adalah kebudayaan, kebudayaan wajib
diamalkan dengan akhlak islam, yang menjadikannya kebudayaan islam, dan salah
satu bidang kebudayaan itu adalah kesenian.
BAB IV
ISLAM DAN SENI
Bagi pandangan islam seni tidak masuk dalam wilayah agama, namun
masuk dalam wilayah kebudayaan. Tetapi pengaruh agama kepada kebudayaan mungkin
saja melahirkan seni sebagai bidang kebudayaan, yang kedududkannya setingkat
dengan social atau ekonomi, politik, pengetahuan dan teknik atau filsafat.
Apabila social, ekonomi, pengetahuan, dan teknik pada asasnya halal, selain
daripada perkara-perkara yang diharamkan Allah, demikian pulalah kedududkan
kesenian.
Menurut pandangan islam kesenian itu adalah halal, bahkan dalam
hal-hal tertentu digalakan oleh al quran dan hadis.
Memandang seni itu halal, namun tidak berarti bahwa setiap unsur
atu karya seni itu halal. Setiap unsur
atau karya seni dianggap harap apabila mengandung nilai yang dilarang oleh
akhlak islam.
Jadi setiap karya atau aktifitas seni yang akan mendatangklan
mudarat itu dilarang oleh islam dan hendaklah untuk ditinggalkan.
Salah satu yang asasi dalam seni islam ialah yang mengandung moral,
walaupun tidak megajarkan moral. Karena yang mengajarkan moral adalah akhlak,
sedangkan seni sekedar mengandung moral, bahkan seni haruslah mengikuti
nilai-nilai akhlak islam. Nilai suatu karya atau aktivitas seni bergantung pada
nilai akhlak yang dikandunganya.
Menurut pandangan islam indah dan baik itu memiliki keterkaitan,
keduanya merupakan dwitunggal, dua yang satu. Pandangan demikian tergambar
dalam hadis berikut:
“sesungguhnya Allah maha Indah, dia suka kepada keindahan.
Sesungguhnya Allah maha baik, dia suka kepada kebaikan” (Hadis Muslim,
dalam Kitabul-Iman).